Terlalu Banyak Kegiatan Pengaruhi Tumbuh Kembang Anak
Ahli psikologi Lina Erliana Muksin mengingatkan para orang tua bahwa banyaknya kegiatan tambahan yang harus dikerjakan anak-anak mempengaruhi proses tumbuh kembang mereka.
Kegiatan tambahan dimaksud antara lain kursus dan pelajaran tambahan dengan dalih aktivitas itu secara otomatis akan mengakibatkan anak menjadi berkualitas.
"Pilihan yang salah dan ketidakpahaman untuk memberikan rangsangan yang tepat mempengaruhi tumbuh kembangnya anak. Maraknya acara TV dan permainan elektronik juga menjadi salah satu faktor yang membuat orang tua kurang memiliki kesempatan membina hubungan timbal balik," kata Lina, di Solo, Jumat (29/8).
Ketika menjadi pembicara pada acara bertema Kunci Emas Mengembangkan Kompetensi di Masa Emas Anak, master psikologi ini mengakui bahwa globalisasi memang menjadi tantangan bagi para orang tua, pendidik dan anak sehingga untuk menjawab tantangan itu perlu kegiatan-kegiatan tambahan.
Namun, ujarnya, banyak orang tua yang mempunyai keyakinan banyaknya kegiatan tambahan itu secara otomatis akan membuat kualitas anak mereka otomatis meningkat.
"Padahal terlalu banyaknya kegiatan tambahan seperti kursus mengakibatkan mereka tidak memiliki waktu luang lagi untuk melakukan aktivitas petualangan , misalnya bermain di luar rumah dengan teman-teman mereka," katanya.
Lina mengingatkan pula bahwa aktivitas tambahan yang terlalu banyak itu juga menyita waktu anak dengan bentuk aktivitas yang pasif motorik, sehingga generasi muda itu tidak dapat mengembangkan kemampuan fisik.
Selain itu,anak-anak juga tidak dapat mengamati keadaan sekelilingnya, rasa ingin tahu menjadi berkurang , menjadi kurang kreatif dan terbatasnya pengalaman tentang dunia luar melalui seluruh indra mereka.
"Kondisi ini menjadi tantangan bagi sekolah yang menjadi tumpuan orang tua untuk mengembangkan kompetensi anak," kata psikolog itu.
Oleh karena itu, ujar Lina, sekolah dasar merupakan masa emas bagi semua anak untuk mengembangkan kompetensi mereka.
Sumber: Media Indonesia Online
Ahli psikologi Lina Erliana Muksin mengingatkan para orang tua bahwa banyaknya kegiatan tambahan yang harus dikerjakan anak-anak mempengaruhi proses tumbuh kembang mereka.
Kegiatan tambahan dimaksud antara lain kursus dan pelajaran tambahan dengan dalih aktivitas itu secara otomatis akan mengakibatkan anak menjadi berkualitas.
"Pilihan yang salah dan ketidakpahaman untuk memberikan rangsangan yang tepat mempengaruhi tumbuh kembangnya anak. Maraknya acara TV dan permainan elektronik juga menjadi salah satu faktor yang membuat orang tua kurang memiliki kesempatan membina hubungan timbal balik," kata Lina, di Solo, Jumat (29/8).
Ketika menjadi pembicara pada acara bertema Kunci Emas Mengembangkan Kompetensi di Masa Emas Anak, master psikologi ini mengakui bahwa globalisasi memang menjadi tantangan bagi para orang tua, pendidik dan anak sehingga untuk menjawab tantangan itu perlu kegiatan-kegiatan tambahan.
Namun, ujarnya, banyak orang tua yang mempunyai keyakinan banyaknya kegiatan tambahan itu secara otomatis akan membuat kualitas anak mereka otomatis meningkat.
"Padahal terlalu banyaknya kegiatan tambahan seperti kursus mengakibatkan mereka tidak memiliki waktu luang lagi untuk melakukan aktivitas petualangan , misalnya bermain di luar rumah dengan teman-teman mereka," katanya.
Lina mengingatkan pula bahwa aktivitas tambahan yang terlalu banyak itu juga menyita waktu anak dengan bentuk aktivitas yang pasif motorik, sehingga generasi muda itu tidak dapat mengembangkan kemampuan fisik.
Selain itu,anak-anak juga tidak dapat mengamati keadaan sekelilingnya, rasa ingin tahu menjadi berkurang , menjadi kurang kreatif dan terbatasnya pengalaman tentang dunia luar melalui seluruh indra mereka.
"Kondisi ini menjadi tantangan bagi sekolah yang menjadi tumpuan orang tua untuk mengembangkan kompetensi anak," kata psikolog itu.
Oleh karena itu, ujar Lina, sekolah dasar merupakan masa emas bagi semua anak untuk mengembangkan kompetensi mereka.
Sumber: Media Indonesia Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar