Kamis, 22 Januari 2009
Mendongkrak minat baca si kecil
Siapa bilang mengajar si kecil membaca adalah perkara sukar ? Lesley Mandell Morrow, profesor dan pakar pendidikan belajar membaca pada usia dini di Rutgers University, mengatakan orangtua hendaknya membiarkan anak belajar membaca dengan cara alamiah. Dari kegiatan sehari-hari, anak dapat belajar membaca. Kegiatan memasak, berjalan-jalan, makan bersama, berbelanja bisa menjadi kesempatan berharga untuk memacu anak belajar membaca secara bebas. "Anak yang harus membaca buku akan merasa terpaksa untuk belajar," katanya.
Menurut Morrow, kemampuan membaca harus dipelajari dan dipraktikkan dengan sukarela tak ubahnya kemampuan berbicara dan memahami. Tinggal bagaimana orangtua menjadikan kegiatan belajar membaca sebagai bagian dari ritual sehari-hari. Kegiatan yang dilakukan bersama antara anak dan orang tua ini juga akan mendorong orang tua untuk kembali gemar membaca. Lewat programnya yang diberi nama GAINS (Gaining Achievement in the New Standard), Morrow dan rekannya Michael W. Smith dan Diane H. Tracey, menawarkan konsep belajar membaca yang lebih bebas. Berikut saran mereka:
Memasak bersama
Saat memasak, mintalah anak untuk membaca resep. Selain itu, ajak anak untuk ikut menyiapkan makanan dengan cara membaca label yang tertera. Membaca daftar belanja juga menjadi bagian dari kegiatan belajar membaca yang menyenangkan.
Berjalan-jalan bersama
Saat menikmati acara rekreasi bersama si kecil, Anda bisa mengajarnya membaca lewat nama-nama binatang, tanaman, dan benda yang ditemui di jalan. Catat nama benda-benda itu dan minta si kecil membacanya. Begitu pula saat malam tiba, Anda bisa mengajak si kecil menyaksikan benda-benda langit, menulis namanya dan meminta anak membacanya kembali sambil menunjuk benda-benda yang dibacanya.
Saat makan bersama
Acara makan bersama bisa pula menjadi ajang belajar membaca bagi si kecil. Mintalah si kecil untuk mengambilkan botol atau kemasan bertulisan. Dengan 'tantangan' itu anak akan mencoba membaca tulisan yang ada pada botol atau kemasan. Riset menunjukkan, semakin banyak waktu yang dilewatkan bersama keluarga di meja makan, semakin besar kemungkinan bagi si kecil untuk menguasai berbagai kosa kata. "Keluarga yang terbiasa berdiskusi di meja makan biasanya akan memberikan kesempatan berbicara pada anak-anaknya dan itu bermanfaat untuk melatih perbendaharaan kosa kata si kecil dan dengan sendirinya membantu mereka saat belajar membaca," kata Morrow.
Belanja bersama
Sebelum pergi berbe-lanja bersama si kecil, buatlah daftar barang belanjaan terlebih dulu. Lantas, dengan gaya pemburu, minta anak Anda mencari barang yang dimaksud dengan membawa daftar belanjaan. Si kecil akan membiasakan untuk mencocokkan daftar belanjaan dengan barang yang ia temu-kan di rak. Membaca tanda-tanda yang ada di toko juga akan menjadi kegiatan yang mengasyikkan bagi si kecil. Membaca koran. Koran memberi peluang besar pada anak untuk belajar membaca. Rubrik yang memikat seperti komik dan perjalanan yang penuh warna akan menarik mata si kecil. Diskusikan dengan si kecil apa saja yang Anda baca bersamanya. Kalau mungkin, kliping bagian yang ia sukai.
Bercerita bergantian
Membiasakan bercerita pada si kecil dengan cara membaca akan mendorong anak untuk membaca juga. Mintalah ia membacakan cerita untuk Anda. Setelah itu ajak ia berdiskusi mengenai cerita yang baru saja Anda baca bersamanya.
Menonton aktif
Jangan jadi penonton pasif bila ada di depan tele-visi. Saat menonton TV bersama anak Anda, mintalah ia belajar membaca teks, tulisan atau apa pun yang muncul di layar. Diskusikan bersama anak.
Orangtua suportif
Jika tak tahu, tak ingat, atau tak memahami apa yang ditanyakan si kecil pada Anda, jangan ragu untuk mengakuinya, namun berjanjilah untuk mencari jawabannya. Bukalah buku, ensiklopedia, kamus, atau Internet bersama si kecil untuk mencari jawaban. Bacalah bersama.
Sumber : Dikdasmen
Menurut Morrow, kemampuan membaca harus dipelajari dan dipraktikkan dengan sukarela tak ubahnya kemampuan berbicara dan memahami. Tinggal bagaimana orangtua menjadikan kegiatan belajar membaca sebagai bagian dari ritual sehari-hari. Kegiatan yang dilakukan bersama antara anak dan orang tua ini juga akan mendorong orang tua untuk kembali gemar membaca. Lewat programnya yang diberi nama GAINS (Gaining Achievement in the New Standard), Morrow dan rekannya Michael W. Smith dan Diane H. Tracey, menawarkan konsep belajar membaca yang lebih bebas. Berikut saran mereka:
Memasak bersama
Saat memasak, mintalah anak untuk membaca resep. Selain itu, ajak anak untuk ikut menyiapkan makanan dengan cara membaca label yang tertera. Membaca daftar belanja juga menjadi bagian dari kegiatan belajar membaca yang menyenangkan.
Berjalan-jalan bersama
Saat menikmati acara rekreasi bersama si kecil, Anda bisa mengajarnya membaca lewat nama-nama binatang, tanaman, dan benda yang ditemui di jalan. Catat nama benda-benda itu dan minta si kecil membacanya. Begitu pula saat malam tiba, Anda bisa mengajak si kecil menyaksikan benda-benda langit, menulis namanya dan meminta anak membacanya kembali sambil menunjuk benda-benda yang dibacanya.
Saat makan bersama
Acara makan bersama bisa pula menjadi ajang belajar membaca bagi si kecil. Mintalah si kecil untuk mengambilkan botol atau kemasan bertulisan. Dengan 'tantangan' itu anak akan mencoba membaca tulisan yang ada pada botol atau kemasan. Riset menunjukkan, semakin banyak waktu yang dilewatkan bersama keluarga di meja makan, semakin besar kemungkinan bagi si kecil untuk menguasai berbagai kosa kata. "Keluarga yang terbiasa berdiskusi di meja makan biasanya akan memberikan kesempatan berbicara pada anak-anaknya dan itu bermanfaat untuk melatih perbendaharaan kosa kata si kecil dan dengan sendirinya membantu mereka saat belajar membaca," kata Morrow.
Belanja bersama
Sebelum pergi berbe-lanja bersama si kecil, buatlah daftar barang belanjaan terlebih dulu. Lantas, dengan gaya pemburu, minta anak Anda mencari barang yang dimaksud dengan membawa daftar belanjaan. Si kecil akan membiasakan untuk mencocokkan daftar belanjaan dengan barang yang ia temu-kan di rak. Membaca tanda-tanda yang ada di toko juga akan menjadi kegiatan yang mengasyikkan bagi si kecil. Membaca koran. Koran memberi peluang besar pada anak untuk belajar membaca. Rubrik yang memikat seperti komik dan perjalanan yang penuh warna akan menarik mata si kecil. Diskusikan dengan si kecil apa saja yang Anda baca bersamanya. Kalau mungkin, kliping bagian yang ia sukai.
Bercerita bergantian
Membiasakan bercerita pada si kecil dengan cara membaca akan mendorong anak untuk membaca juga. Mintalah ia membacakan cerita untuk Anda. Setelah itu ajak ia berdiskusi mengenai cerita yang baru saja Anda baca bersamanya.
Menonton aktif
Jangan jadi penonton pasif bila ada di depan tele-visi. Saat menonton TV bersama anak Anda, mintalah ia belajar membaca teks, tulisan atau apa pun yang muncul di layar. Diskusikan bersama anak.
Orangtua suportif
Jika tak tahu, tak ingat, atau tak memahami apa yang ditanyakan si kecil pada Anda, jangan ragu untuk mengakuinya, namun berjanjilah untuk mencari jawabannya. Bukalah buku, ensiklopedia, kamus, atau Internet bersama si kecil untuk mencari jawaban. Bacalah bersama.
Sumber : Dikdasmen
Kiat membentuk anak cerdas - by E-Smart School
Sebuah berita ringan mancanegara di salah satu televisi swasta nasional beberapa waktu lalu sungguh sangat mengagumkan.
Berita tersebut mengisahkan seorang anak kecil berusia 7 tahun, Alex Mortgail, asal Bremen, Jerman, memiliki IQ yang sangat cemerlang. Dalam usia 2,8 tahun, dia sudah lancar membaca dan menulis. Setiap harinya tak terlewatkan membaca berbagai karya sastra untuk anak, juga "melahap" habis sejumlah jurnal ilmiah, berbagai berita koran maupun berita melalui teknologi informasi. Pendek kata ia tidak pernah melewatkan berbagai informasi yang ia peroleh dari berbagai sumber.
Orang tua Mortgail sempat merasa khawatir dengan kecerdasan otak anaknya itu. Kecerdasannya telah menyebabkan perilakunya "menyimpang" karena menjadi sangat berbeda dengan anak-anak lain sebayanya. Mortgail hampir setiap harinya hanya mengisi waktunya dengan membaca, menulis, dan "bergaul" dengan teknologi informasi.
Ketika memasuki usia 5 tahun, Mortgail sudah bisa menguasai tiga bahasa dunia, Inggris, Spanyol, Prancis, dan tentu saja bahasa Jerman. Di sekolahnya, berbagai bentuk soal hitungan matematika, fisika, dan kimia dapat dijawabnya dalam waktu singkat. Melihat kecerdasan yang luar biasa pada diri Mortgail, kepala sekolahnya merekomendasikan murid istimewa itu untuk langsung belajar di perguruan tinggi tanpa mengikuti sekolah tingkat menengah. Setelah di universitas, dengan melihat keistimewaan Mortgail, rektor universitas tempat Mortgail kuliah segera mendaftarkan anak itu ke lembaga pemerintah yang secara khusus menangani anak berbakat. Berkat keistimewaan yang dimilikinya, Mortgail dinyatakan sebagai "anak negara". Beberapa tahun kemudian, ketika ia berusia 10 tahun, si anak ajaib itu, muncul di jaringan televisi Jerman untuk melakukan debat ilmiah dengan sejumlah profesor. Itulah kisah Mortgail si bocah ajaib, luar biasa.
Kiat Membentuk
Anak sehat, cerdas dan berkepribadian baik merupakan dambaan setiap orangtua. Salah satu langkah awal penting untuk mewujudkannya adalah pemberian makanan pertama dengan kualitas dan kuantitas optimal. Soalnya gangguan gizi pada masa bayi dapat menghambat pertumbuhan otak, yang tentu berpengaruh pada perkembangan kecerdasan bayi.
Fakta-fakta ilmiah membuktikan, bayi dapat tumbuh lebih sehat dan cerdas bila diberi air susu ibu (ASI) secara eksklusif pada 4 - 6 bulan pertama kehidupannya. ASI eksklusif, lebih tepat disebut pemberian ASI secara eksklusif, artinya hanya memberi ASI pada bayi. Hendaknya, pada sesuia itu bayi tak mendapat cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh dan air putih. Juga tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi atau pun tim. Faktor lingkungan Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan. Pertama, faktor genetik atau bawaan dari orangtua. Lainnya, faktor lingkungan. Faktor ini akan menunjang apakah faktor genetik bisa berkembang optimal. Perlu diingat, faktor genetik tidak dapat direkayasa, sementara faktor lingkungan punya banyak sisi yang dapat dimanipulasi.
Secara garis besar ada tiga jenis faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi perkembangan kecerdasan. Di antaranya pertumbuhan fisik biomedis otak. Untuk ini, nutrisi berperan sangat penting. Makanan dengan kualitas kadar gizi dan kuantitas yang optimal akan mendukung pertumbuhan otak yang optimal pula. Selanjutnya, pertumbuhan emosi dan sosial yang mengutamakan pemberian kasih sayang pada anak. Anak yang merasa disayangi akan mudah menyayangi lingkungan. Dan, dia pun mudah bersosialisasi serta menjalin hubungan yang memuaskan.
Kebutuhan lain adalah stimulasi atau rangsangan sejak dini, bahkan sejak janin dalam kandungan. Para ahli membuktikan, dengan pemberian stimulasi terus-menerus sampai dua tahun, IQ anak pada usia 4 - 5 tahun dapat ditingkatkan 15 - 30 poin.
Pertumbuhan otak
Bila mendengar kata cerdas selalu diasosiasikan dengan otak. Otak, salah satu organ paling penting dalam tubuh manusia yang tumbuh sangat cepat selama kehamilan. Otak bayi terbentuk segera setelah pembuahan. Otak bayi lahir telah mencapai pertumbuhan 25 persen dari otak dewasa dan mengandung 100 miliar sel otak (neuron). Kira-kira sama banyaknya dengan bintang di gugus Bima Sakti. Di usia setahun, pertumbuhannya mencapai 70 perse dari otak dewasa. Selain itu, 70 - 85 persen neuron yang ada sudah terbentuk secara lengkap. Di usia tiga tahun, otak anak telah sebesar 90 persen otak dewasa.
Pada periode sejak terjadi konsepsi sampai bayi berusia setahun terjadi pertumbuhan otak yang cepat yang dinamai periode lompatan pertumbuhan otak atau periode pertumbuhan otak cepat (Brain Growth Spurt). Pada periode ini neuron sangat peka dan sangat dipengaruhi oleh situasi lingkungan. Maka periode ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan kecerdasan anak.
Pertumbuhan otak terbagi atas dua stadium. Stadium pertama adalah stadium pembentukan neuron, sedangkan stadium kedua adalah stadium pembesaran dan pematangan neuron. Para pakar membuktikan, segera setelah terjadi pembuahan, mekanisme pembentukan neuron bekerja sangat cepat untuk menghasilkan neuron berjumlah ratusan miliar. Pembentukan ini hanya berlangsung sampai usia kehamilan lima bulan, setelah itu neuron tak terbentuk lagi. Bila gizi ibu hamil baik, di akhir stadium pertama akan terbentuk neuron muda yang sangat banyak.
Setelah itu, pertumbuhan otak hanya mencakup pembesaran neuron yang sudah terbentuk agar lebih lengkap dan kompleks. Cabang-cabang neuron, dendrit dan axon, akan bertambah jumlah dan panjangnya. Selain itu, terjadi penambahan hubungan antarsel. Di fase ini dengan sangat cepat pula terjadi proses myelinisasi, atau proses pembalutan neuron oleh myelin agar tidak terjadi arus pendek. Gizi bayi yang baik dapat mempercepat pembentukan myelinisasi, apalagi bila disertai rangsangan. Makin banyak rangsangan yang didapat, akan makin banyak pula cabang neuron yang terbentuk. Maka, komunikasi antar sel-sel otak juga akan baik. Rangsangan pada panca indra janin sangat baik untuk menjaga agar otak tetap dapat tumbuh. (*)
Berita tersebut mengisahkan seorang anak kecil berusia 7 tahun, Alex Mortgail, asal Bremen, Jerman, memiliki IQ yang sangat cemerlang. Dalam usia 2,8 tahun, dia sudah lancar membaca dan menulis. Setiap harinya tak terlewatkan membaca berbagai karya sastra untuk anak, juga "melahap" habis sejumlah jurnal ilmiah, berbagai berita koran maupun berita melalui teknologi informasi. Pendek kata ia tidak pernah melewatkan berbagai informasi yang ia peroleh dari berbagai sumber.
Orang tua Mortgail sempat merasa khawatir dengan kecerdasan otak anaknya itu. Kecerdasannya telah menyebabkan perilakunya "menyimpang" karena menjadi sangat berbeda dengan anak-anak lain sebayanya. Mortgail hampir setiap harinya hanya mengisi waktunya dengan membaca, menulis, dan "bergaul" dengan teknologi informasi.
Ketika memasuki usia 5 tahun, Mortgail sudah bisa menguasai tiga bahasa dunia, Inggris, Spanyol, Prancis, dan tentu saja bahasa Jerman. Di sekolahnya, berbagai bentuk soal hitungan matematika, fisika, dan kimia dapat dijawabnya dalam waktu singkat. Melihat kecerdasan yang luar biasa pada diri Mortgail, kepala sekolahnya merekomendasikan murid istimewa itu untuk langsung belajar di perguruan tinggi tanpa mengikuti sekolah tingkat menengah. Setelah di universitas, dengan melihat keistimewaan Mortgail, rektor universitas tempat Mortgail kuliah segera mendaftarkan anak itu ke lembaga pemerintah yang secara khusus menangani anak berbakat. Berkat keistimewaan yang dimilikinya, Mortgail dinyatakan sebagai "anak negara". Beberapa tahun kemudian, ketika ia berusia 10 tahun, si anak ajaib itu, muncul di jaringan televisi Jerman untuk melakukan debat ilmiah dengan sejumlah profesor. Itulah kisah Mortgail si bocah ajaib, luar biasa.
Kiat Membentuk
Anak sehat, cerdas dan berkepribadian baik merupakan dambaan setiap orangtua. Salah satu langkah awal penting untuk mewujudkannya adalah pemberian makanan pertama dengan kualitas dan kuantitas optimal. Soalnya gangguan gizi pada masa bayi dapat menghambat pertumbuhan otak, yang tentu berpengaruh pada perkembangan kecerdasan bayi.
Fakta-fakta ilmiah membuktikan, bayi dapat tumbuh lebih sehat dan cerdas bila diberi air susu ibu (ASI) secara eksklusif pada 4 - 6 bulan pertama kehidupannya. ASI eksklusif, lebih tepat disebut pemberian ASI secara eksklusif, artinya hanya memberi ASI pada bayi. Hendaknya, pada sesuia itu bayi tak mendapat cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh dan air putih. Juga tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi atau pun tim. Faktor lingkungan Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan. Pertama, faktor genetik atau bawaan dari orangtua. Lainnya, faktor lingkungan. Faktor ini akan menunjang apakah faktor genetik bisa berkembang optimal. Perlu diingat, faktor genetik tidak dapat direkayasa, sementara faktor lingkungan punya banyak sisi yang dapat dimanipulasi.
Secara garis besar ada tiga jenis faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi perkembangan kecerdasan. Di antaranya pertumbuhan fisik biomedis otak. Untuk ini, nutrisi berperan sangat penting. Makanan dengan kualitas kadar gizi dan kuantitas yang optimal akan mendukung pertumbuhan otak yang optimal pula. Selanjutnya, pertumbuhan emosi dan sosial yang mengutamakan pemberian kasih sayang pada anak. Anak yang merasa disayangi akan mudah menyayangi lingkungan. Dan, dia pun mudah bersosialisasi serta menjalin hubungan yang memuaskan.
Kebutuhan lain adalah stimulasi atau rangsangan sejak dini, bahkan sejak janin dalam kandungan. Para ahli membuktikan, dengan pemberian stimulasi terus-menerus sampai dua tahun, IQ anak pada usia 4 - 5 tahun dapat ditingkatkan 15 - 30 poin.
Pertumbuhan otak
Bila mendengar kata cerdas selalu diasosiasikan dengan otak. Otak, salah satu organ paling penting dalam tubuh manusia yang tumbuh sangat cepat selama kehamilan. Otak bayi terbentuk segera setelah pembuahan. Otak bayi lahir telah mencapai pertumbuhan 25 persen dari otak dewasa dan mengandung 100 miliar sel otak (neuron). Kira-kira sama banyaknya dengan bintang di gugus Bima Sakti. Di usia setahun, pertumbuhannya mencapai 70 perse dari otak dewasa. Selain itu, 70 - 85 persen neuron yang ada sudah terbentuk secara lengkap. Di usia tiga tahun, otak anak telah sebesar 90 persen otak dewasa.
Pada periode sejak terjadi konsepsi sampai bayi berusia setahun terjadi pertumbuhan otak yang cepat yang dinamai periode lompatan pertumbuhan otak atau periode pertumbuhan otak cepat (Brain Growth Spurt). Pada periode ini neuron sangat peka dan sangat dipengaruhi oleh situasi lingkungan. Maka periode ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan kecerdasan anak.
Pertumbuhan otak terbagi atas dua stadium. Stadium pertama adalah stadium pembentukan neuron, sedangkan stadium kedua adalah stadium pembesaran dan pematangan neuron. Para pakar membuktikan, segera setelah terjadi pembuahan, mekanisme pembentukan neuron bekerja sangat cepat untuk menghasilkan neuron berjumlah ratusan miliar. Pembentukan ini hanya berlangsung sampai usia kehamilan lima bulan, setelah itu neuron tak terbentuk lagi. Bila gizi ibu hamil baik, di akhir stadium pertama akan terbentuk neuron muda yang sangat banyak.
Setelah itu, pertumbuhan otak hanya mencakup pembesaran neuron yang sudah terbentuk agar lebih lengkap dan kompleks. Cabang-cabang neuron, dendrit dan axon, akan bertambah jumlah dan panjangnya. Selain itu, terjadi penambahan hubungan antarsel. Di fase ini dengan sangat cepat pula terjadi proses myelinisasi, atau proses pembalutan neuron oleh myelin agar tidak terjadi arus pendek. Gizi bayi yang baik dapat mempercepat pembentukan myelinisasi, apalagi bila disertai rangsangan. Makin banyak rangsangan yang didapat, akan makin banyak pula cabang neuron yang terbentuk. Maka, komunikasi antar sel-sel otak juga akan baik. Rangsangan pada panca indra janin sangat baik untuk menjaga agar otak tetap dapat tumbuh. (*)
Terlalu Banyak Kegiatan Pengaruhi Tumbuh Kembang Anak - by E-Smart Scool
Terlalu Banyak Kegiatan Pengaruhi Tumbuh Kembang Anak
Ahli psikologi Lina Erliana Muksin mengingatkan para orang tua bahwa banyaknya kegiatan tambahan yang harus dikerjakan anak-anak mempengaruhi proses tumbuh kembang mereka.
Kegiatan tambahan dimaksud antara lain kursus dan pelajaran tambahan dengan dalih aktivitas itu secara otomatis akan mengakibatkan anak menjadi berkualitas.
"Pilihan yang salah dan ketidakpahaman untuk memberikan rangsangan yang tepat mempengaruhi tumbuh kembangnya anak. Maraknya acara TV dan permainan elektronik juga menjadi salah satu faktor yang membuat orang tua kurang memiliki kesempatan membina hubungan timbal balik," kata Lina, di Solo, Jumat (29/8).
Ketika menjadi pembicara pada acara bertema Kunci Emas Mengembangkan Kompetensi di Masa Emas Anak, master psikologi ini mengakui bahwa globalisasi memang menjadi tantangan bagi para orang tua, pendidik dan anak sehingga untuk menjawab tantangan itu perlu kegiatan-kegiatan tambahan.
Namun, ujarnya, banyak orang tua yang mempunyai keyakinan banyaknya kegiatan tambahan itu secara otomatis akan membuat kualitas anak mereka otomatis meningkat.
"Padahal terlalu banyaknya kegiatan tambahan seperti kursus mengakibatkan mereka tidak memiliki waktu luang lagi untuk melakukan aktivitas petualangan , misalnya bermain di luar rumah dengan teman-teman mereka," katanya.
Lina mengingatkan pula bahwa aktivitas tambahan yang terlalu banyak itu juga menyita waktu anak dengan bentuk aktivitas yang pasif motorik, sehingga generasi muda itu tidak dapat mengembangkan kemampuan fisik.
Selain itu,anak-anak juga tidak dapat mengamati keadaan sekelilingnya, rasa ingin tahu menjadi berkurang , menjadi kurang kreatif dan terbatasnya pengalaman tentang dunia luar melalui seluruh indra mereka.
"Kondisi ini menjadi tantangan bagi sekolah yang menjadi tumpuan orang tua untuk mengembangkan kompetensi anak," kata psikolog itu.
Oleh karena itu, ujar Lina, sekolah dasar merupakan masa emas bagi semua anak untuk mengembangkan kompetensi mereka.
Sumber: Media Indonesia Online
Ahli psikologi Lina Erliana Muksin mengingatkan para orang tua bahwa banyaknya kegiatan tambahan yang harus dikerjakan anak-anak mempengaruhi proses tumbuh kembang mereka.
Kegiatan tambahan dimaksud antara lain kursus dan pelajaran tambahan dengan dalih aktivitas itu secara otomatis akan mengakibatkan anak menjadi berkualitas.
"Pilihan yang salah dan ketidakpahaman untuk memberikan rangsangan yang tepat mempengaruhi tumbuh kembangnya anak. Maraknya acara TV dan permainan elektronik juga menjadi salah satu faktor yang membuat orang tua kurang memiliki kesempatan membina hubungan timbal balik," kata Lina, di Solo, Jumat (29/8).
Ketika menjadi pembicara pada acara bertema Kunci Emas Mengembangkan Kompetensi di Masa Emas Anak, master psikologi ini mengakui bahwa globalisasi memang menjadi tantangan bagi para orang tua, pendidik dan anak sehingga untuk menjawab tantangan itu perlu kegiatan-kegiatan tambahan.
Namun, ujarnya, banyak orang tua yang mempunyai keyakinan banyaknya kegiatan tambahan itu secara otomatis akan membuat kualitas anak mereka otomatis meningkat.
"Padahal terlalu banyaknya kegiatan tambahan seperti kursus mengakibatkan mereka tidak memiliki waktu luang lagi untuk melakukan aktivitas petualangan , misalnya bermain di luar rumah dengan teman-teman mereka," katanya.
Lina mengingatkan pula bahwa aktivitas tambahan yang terlalu banyak itu juga menyita waktu anak dengan bentuk aktivitas yang pasif motorik, sehingga generasi muda itu tidak dapat mengembangkan kemampuan fisik.
Selain itu,anak-anak juga tidak dapat mengamati keadaan sekelilingnya, rasa ingin tahu menjadi berkurang , menjadi kurang kreatif dan terbatasnya pengalaman tentang dunia luar melalui seluruh indra mereka.
"Kondisi ini menjadi tantangan bagi sekolah yang menjadi tumpuan orang tua untuk mengembangkan kompetensi anak," kata psikolog itu.
Oleh karena itu, ujar Lina, sekolah dasar merupakan masa emas bagi semua anak untuk mengembangkan kompetensi mereka.
Sumber: Media Indonesia Online
Perlukan kurikulum untuk pendidikan anak usia dini? by E-Smart School
Anak-anak usia dini hidup dalam dunia bermain. Meskipun demikian,tak ada salahnya jika orang tua memiliki rancangan bahan atau materi untuk mengisi hari-hari mereka. Hal yang pasti, kurikulum untuk anak usia dini haruslah sangat fleksibel, sesuai dengan kemampuan dan minat anak.
Kelas-kelas pra-sekolah seperti Play Group (PG) atau Taman Kanak-Kanak (TK) pasti memiliki kurikulum dan target-target, namun karena tuntutan aturan formal, mau tidak mau guru akan menilai perkembangan anak secara kasar, berdasarkan akumulasi kemampuan yang dikuasai anak selama kurun waktu tertentu. Jelas penilaian itu tidak valid, karena ketika guru memasuki kurikulum mewarnai misalnya, beberapa anak mungkin belum siap dengan fase itu. Mereka mungkin menolak untuk melakukannya atau hanya membubuhkan satu coretan pendek di kertasnya, karena dia memang belum berminat.
Di sinilah peran orang tua sangat dibutuhkan. Tak peduli apakah anak-anak masuk TK ataupun tidak, tugas orang tua-lah untuk memahami anak-anaknya dengan baik, sehingga tahu kapan harus memperkenalkan sebuah keterampilan, kapan harus menundanya, kapan harus memacunya lebih kencang, dan bagaimana membuat anak menjadi tertarik untuk mempelajari sesuatu tanpa harus dipaksa oleh waktu dan penilaian pihak lain.
Pendidikan sungguh jauh melampaui batas-batas nilai kuantitatif seperti diterapkan di sekolah. Pendidikan adalah rangkaian proses belajar untuk menjadi manusia yang terus tumbuh, baik secara fisik, mental, maupun spiritual.
Menyusun kurikulum untuk anak usia dini berarti siap mengikuti irama mereka dan siap untuk melangkah lebih jauh saat mereka berminat untuk tahu lebih banyak. Ketika anak-anak diperkenalkan tentang kuda misalnya, bisa jadi rasa ingin tahu mereka berkembang, ingin tahu tentang makanannya, di mana tidurnya, dan mungkin ingin mencoba menaikinya dan mengoleksi gambar-gambarnya.
Adapun secara terstruktur, ada banyak model kurikulum anak usia dini yang telah dikembangkan di dunia. Kurikulum Montessori adalah salah satu di antaranya. Model ini cocok bagi mereka yang senang dengan keteraturan dan mengharapkan anak-anak juga bersikap teratur dan runut. Sebuah buku berjudul Montessori untuk Prasekolah yang disusun oleh seorang praktisi kurikulum Montessori bernama Elizabeth G. Hainstock dan diterbitkan edisi terjemahannya oleh penerbit Delapratasa Publishing, bisa menjadi pilihan untuk mengetahui lebih detail kegiatan-kegiatan ala Montessori.
Melalui buku tersebut akan kita temukan bahwa model Montessori lebih banyak mempergunakan perabotan rumah tangga sebagai media dan mempergunakan kegiatan rutin sehari-hari di rumah sebagai aktivitas belajar.
Temuan tentang multi kecerdasan oleh Howard Gardner juga bisa menginspirasi kita untuk menyusun kurikulum. Delapan bahkan sembilan jenis kecerdasan versi Gardner, yaitu: kecerdasan bahasa, logika-matematika, visual-spasial, fisik, interpersonal, intrapersonal, musikal, natural, dan spiritual bisa dijadikan acuan untuk memilih ragam kegiatan belajar-bermain di rumah.
Buku yang ditulis Thomas Amstrong berjudul Sekolah Para Juara mencoba menjabarkan konsep multi kecerdasan tersebut dalam konteks sekolah formal untuk anak-anak yang lebih besar. Namun bukan tidak mungkin hal itu bisa menginspirasi para orang tua yang memiliki anak usia dini untuk menerapkan jalan pikiran Amstrong ke dalam konteks belajar anak usia dini di rumah.
Kurikulum berdasarkan Perkembangan Anak
Perkembangan anak secara umum ternyata bisa diukur dengan beberapa ukuran berikut: perkembangan fisik motorik, perkembangan kognitif, perkembangan moral & sosial, emosional, dan komunikasi (Slamet Suyanto, Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini:192. Penerbit: Hikayat Publishing. Yogyakarta)
Kita bisa menciptakan kurikulum dengan mengacu pada teori tersebut. Berikut gambaran kasar kurikulum yang mungkin diterapkan:
Perkembangan fisik motorik
Motorik Kasar : Berlari, memanjat, menendang bola, menangkap bola, bermain lompat tali, berjalan pada titian keseimbangan, dll.
Motorik Halus : Mewarnai pola, makan dengan sendok, mengancingkan baju, menarik resluiting, menggunting pola,menyisir rambut, mengikat tali sepatu, menjahit dengan alat jahit tiruan, dll.
Organ Sensoris : Membedakan berbagai macam rasa, mengenali berbagai macam bau, mengenali berbagai macam warna benda, mengenali berbagai benda dari ciri-ciri fisiknya, mampu membedakan berbagai macam bentuk, dll.
Perkembangan Kognitif
Misalnya: mengenal nama-nama warna,mengenal nama bagian-bagian tubuh, mengenal nama anggota keluarga,mampu membandingkan dua objek atau lebih, menghitung, menata, mengurutkan; mengetahui nama-nama hari dan bulan; mengetahui perbedaan waktu pagi, siang, atau malam; mengetahui perbedaan kecepatan (lambat dan cepat); mengetahui perbedaan tinggi dan rendah, besar dan kecil, panjang dan pendek; mengenal nama-nama huruf alfabet atau membaca kata; memahami kuantitas benda, dll.
Perkembangan Moral dan sosial
Misalnya: Mengetahui sopan santun, mengetahui aturan-aturan dalam keluarga atau sekolah jika ia bersekolah, mampu bermain dan berkomunikasi bersama teman-teman, mampu bergantian atau antre, dll.
Perkembangan Emosional
Misalnya: Menunjukkan rasa sayang pada teman, orang tua, dan saudaranya; menunjukkan rasa empati; mengetahui simbol-simbol emosi: sedih, gembira, atau marah dan mampu mengontrol emosinya sesuai kondisi yang tepat.
Perkembangan Komunikasi (Berbahasa)
Misalnya: Mampu mengungkapkan keinginannya dengan kata-kata,mampu melafalkan kata-kata dengan jelas (bisa dimengerti oleh orang lain).
Begitu beragam model kurikulum yang ada. Mau pilih yang mana? Mengumpulkan sebanyak mungkin sumber dan memilahnya sesuai kekhasan keluarga masing-masing adalah cara paling baik agar kita memiliki bahan yang lebih kaya untuk anak-anak kita.
Salam Pendidikan!
Penulis : Maya A Pujiati
Sumber : Pustaka Nilna
Kelas-kelas pra-sekolah seperti Play Group (PG) atau Taman Kanak-Kanak (TK) pasti memiliki kurikulum dan target-target, namun karena tuntutan aturan formal, mau tidak mau guru akan menilai perkembangan anak secara kasar, berdasarkan akumulasi kemampuan yang dikuasai anak selama kurun waktu tertentu. Jelas penilaian itu tidak valid, karena ketika guru memasuki kurikulum mewarnai misalnya, beberapa anak mungkin belum siap dengan fase itu. Mereka mungkin menolak untuk melakukannya atau hanya membubuhkan satu coretan pendek di kertasnya, karena dia memang belum berminat.
Di sinilah peran orang tua sangat dibutuhkan. Tak peduli apakah anak-anak masuk TK ataupun tidak, tugas orang tua-lah untuk memahami anak-anaknya dengan baik, sehingga tahu kapan harus memperkenalkan sebuah keterampilan, kapan harus menundanya, kapan harus memacunya lebih kencang, dan bagaimana membuat anak menjadi tertarik untuk mempelajari sesuatu tanpa harus dipaksa oleh waktu dan penilaian pihak lain.
Pendidikan sungguh jauh melampaui batas-batas nilai kuantitatif seperti diterapkan di sekolah. Pendidikan adalah rangkaian proses belajar untuk menjadi manusia yang terus tumbuh, baik secara fisik, mental, maupun spiritual.
Menyusun kurikulum untuk anak usia dini berarti siap mengikuti irama mereka dan siap untuk melangkah lebih jauh saat mereka berminat untuk tahu lebih banyak. Ketika anak-anak diperkenalkan tentang kuda misalnya, bisa jadi rasa ingin tahu mereka berkembang, ingin tahu tentang makanannya, di mana tidurnya, dan mungkin ingin mencoba menaikinya dan mengoleksi gambar-gambarnya.
Adapun secara terstruktur, ada banyak model kurikulum anak usia dini yang telah dikembangkan di dunia. Kurikulum Montessori adalah salah satu di antaranya. Model ini cocok bagi mereka yang senang dengan keteraturan dan mengharapkan anak-anak juga bersikap teratur dan runut. Sebuah buku berjudul Montessori untuk Prasekolah yang disusun oleh seorang praktisi kurikulum Montessori bernama Elizabeth G. Hainstock dan diterbitkan edisi terjemahannya oleh penerbit Delapratasa Publishing, bisa menjadi pilihan untuk mengetahui lebih detail kegiatan-kegiatan ala Montessori.
Melalui buku tersebut akan kita temukan bahwa model Montessori lebih banyak mempergunakan perabotan rumah tangga sebagai media dan mempergunakan kegiatan rutin sehari-hari di rumah sebagai aktivitas belajar.
Temuan tentang multi kecerdasan oleh Howard Gardner juga bisa menginspirasi kita untuk menyusun kurikulum. Delapan bahkan sembilan jenis kecerdasan versi Gardner, yaitu: kecerdasan bahasa, logika-matematika, visual-spasial, fisik, interpersonal, intrapersonal, musikal, natural, dan spiritual bisa dijadikan acuan untuk memilih ragam kegiatan belajar-bermain di rumah.
Buku yang ditulis Thomas Amstrong berjudul Sekolah Para Juara mencoba menjabarkan konsep multi kecerdasan tersebut dalam konteks sekolah formal untuk anak-anak yang lebih besar. Namun bukan tidak mungkin hal itu bisa menginspirasi para orang tua yang memiliki anak usia dini untuk menerapkan jalan pikiran Amstrong ke dalam konteks belajar anak usia dini di rumah.
Kurikulum berdasarkan Perkembangan Anak
Perkembangan anak secara umum ternyata bisa diukur dengan beberapa ukuran berikut: perkembangan fisik motorik, perkembangan kognitif, perkembangan moral & sosial, emosional, dan komunikasi (Slamet Suyanto, Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini:192. Penerbit: Hikayat Publishing. Yogyakarta)
Kita bisa menciptakan kurikulum dengan mengacu pada teori tersebut. Berikut gambaran kasar kurikulum yang mungkin diterapkan:
Perkembangan fisik motorik
Motorik Kasar : Berlari, memanjat, menendang bola, menangkap bola, bermain lompat tali, berjalan pada titian keseimbangan, dll.
Motorik Halus : Mewarnai pola, makan dengan sendok, mengancingkan baju, menarik resluiting, menggunting pola,menyisir rambut, mengikat tali sepatu, menjahit dengan alat jahit tiruan, dll.
Organ Sensoris : Membedakan berbagai macam rasa, mengenali berbagai macam bau, mengenali berbagai macam warna benda, mengenali berbagai benda dari ciri-ciri fisiknya, mampu membedakan berbagai macam bentuk, dll.
Perkembangan Kognitif
Misalnya: mengenal nama-nama warna,mengenal nama bagian-bagian tubuh, mengenal nama anggota keluarga,mampu membandingkan dua objek atau lebih, menghitung, menata, mengurutkan; mengetahui nama-nama hari dan bulan; mengetahui perbedaan waktu pagi, siang, atau malam; mengetahui perbedaan kecepatan (lambat dan cepat); mengetahui perbedaan tinggi dan rendah, besar dan kecil, panjang dan pendek; mengenal nama-nama huruf alfabet atau membaca kata; memahami kuantitas benda, dll.
Perkembangan Moral dan sosial
Misalnya: Mengetahui sopan santun, mengetahui aturan-aturan dalam keluarga atau sekolah jika ia bersekolah, mampu bermain dan berkomunikasi bersama teman-teman, mampu bergantian atau antre, dll.
Perkembangan Emosional
Misalnya: Menunjukkan rasa sayang pada teman, orang tua, dan saudaranya; menunjukkan rasa empati; mengetahui simbol-simbol emosi: sedih, gembira, atau marah dan mampu mengontrol emosinya sesuai kondisi yang tepat.
Perkembangan Komunikasi (Berbahasa)
Misalnya: Mampu mengungkapkan keinginannya dengan kata-kata,mampu melafalkan kata-kata dengan jelas (bisa dimengerti oleh orang lain).
Begitu beragam model kurikulum yang ada. Mau pilih yang mana? Mengumpulkan sebanyak mungkin sumber dan memilahnya sesuai kekhasan keluarga masing-masing adalah cara paling baik agar kita memiliki bahan yang lebih kaya untuk anak-anak kita.
Salam Pendidikan!
Penulis : Maya A Pujiati
Sumber : Pustaka Nilna
10 Info Penting untuk Guru - by E-Smart School
Untuk mempermudah dan membantu perkembangan hubungan yang positif antara guru dan anak anda, sebaiknya beritahu guru mengenai kebisaan atau kebutuhan khusus si kecil. Info-info yang terlihat sepele ini, sebetulnya amat bermanfaat, baik untuk pihak sekolah, murid, dan orang tua.
Mata pelajaran yang disukai
Beritahu mata pelajaran yang paling dikuasai dan disukai anak sehingga guru dapat lebih mendorong anak untuk mencapai prestasi yang maksimal.
pelajaran yang sulit
Sampaikan pula mata pelajaran yang dirasa sulit bagi anak. Entah itu Matematika atau Bahasa Inggris. Dengan demikian guru tahu dan bisa memberi perhatian khusus padanya dan mencoba menolong mengatasinya.
Alergi
Sangatlah penting untuk memberitahu guru jika anak Anda menderita alergi terhadap makanan tertentu atau sesuatu dan sampai sejauh mana alergi itu mengganggu anak
Kesehatan
Informasikan kepada guru jika anak memiliki masalah kesehatan yang meminta perhatian khusus. Misalnya, anak menderita asma, epilepsi, diabet, atau anak harus minum obat tertentu pada jam-jam tertentu pula.
Kegiatan luar sekolah
Terangkan semua aktivitas yang dilakukan anak di luar jam sekolah sehingga guru akan mengerti kegiatan anak sehari-harinya.
Agama
Jika kebetulan keluarga Anda menganut suatu agama atau kepercayaan yang mengharuskan anak tidak masuk sekolah untuk mengikuti upacara/ritual tertentu atau berpantang tidak memakan sesuatu makanan, jangan lupa untuk menginformasikan semua ini kepada guru.
Masalah keluarga
Bila di dalam keluarga misalnya mempunyai adik baru, kematian salah satu anggota keluarga, perceraian antara orang tua, sebaiknya juga disampaikan pada guru. Masalah-masalah seperti itu umumnya mempengaruhi perilaku, perasaan, dan emosi anak.
Sesuatu yang sensitif
Beritahu pada guru jika anak Anda sangat perasa. Misalnya kepada bentuk badannya, berat badannya, penampilannya, bicara gagap, sifatnya amat pemalu, atau takut/trauma terhadap sesuatu (semisal trauma terhadap air sehingga ia kesulitan mengikuti mata pelajaran renang). Dengan demikian guru dapat berhati-hati dan menghindari terjadinya masalah.
Hobi
Kalau anak anda sangat menyenangi dan dapat bermain musik, jago basket, mungkin guru akan dapat memasukkannya ke dalam salah satu kegiatan di sekolah.
Tingkah laku
Informasikan semua sifat/tingkah laku, kebiasaan anak. Misalnya, anak cenderung jadi sangat menjengkelkan di sore hari, cepat merasa frustasi dengan suatu proyek yang dikerjakannya. Jelaskan pula apa usaha-usaha yang telah Anda lakukan untuk mengatasi masalah ini.
Mata pelajaran yang disukai
Beritahu mata pelajaran yang paling dikuasai dan disukai anak sehingga guru dapat lebih mendorong anak untuk mencapai prestasi yang maksimal.
pelajaran yang sulit
Sampaikan pula mata pelajaran yang dirasa sulit bagi anak. Entah itu Matematika atau Bahasa Inggris. Dengan demikian guru tahu dan bisa memberi perhatian khusus padanya dan mencoba menolong mengatasinya.
Alergi
Sangatlah penting untuk memberitahu guru jika anak Anda menderita alergi terhadap makanan tertentu atau sesuatu dan sampai sejauh mana alergi itu mengganggu anak
Kesehatan
Informasikan kepada guru jika anak memiliki masalah kesehatan yang meminta perhatian khusus. Misalnya, anak menderita asma, epilepsi, diabet, atau anak harus minum obat tertentu pada jam-jam tertentu pula.
Kegiatan luar sekolah
Terangkan semua aktivitas yang dilakukan anak di luar jam sekolah sehingga guru akan mengerti kegiatan anak sehari-harinya.
Agama
Jika kebetulan keluarga Anda menganut suatu agama atau kepercayaan yang mengharuskan anak tidak masuk sekolah untuk mengikuti upacara/ritual tertentu atau berpantang tidak memakan sesuatu makanan, jangan lupa untuk menginformasikan semua ini kepada guru.
Masalah keluarga
Bila di dalam keluarga misalnya mempunyai adik baru, kematian salah satu anggota keluarga, perceraian antara orang tua, sebaiknya juga disampaikan pada guru. Masalah-masalah seperti itu umumnya mempengaruhi perilaku, perasaan, dan emosi anak.
Sesuatu yang sensitif
Beritahu pada guru jika anak Anda sangat perasa. Misalnya kepada bentuk badannya, berat badannya, penampilannya, bicara gagap, sifatnya amat pemalu, atau takut/trauma terhadap sesuatu (semisal trauma terhadap air sehingga ia kesulitan mengikuti mata pelajaran renang). Dengan demikian guru dapat berhati-hati dan menghindari terjadinya masalah.
Hobi
Kalau anak anda sangat menyenangi dan dapat bermain musik, jago basket, mungkin guru akan dapat memasukkannya ke dalam salah satu kegiatan di sekolah.
Tingkah laku
Informasikan semua sifat/tingkah laku, kebiasaan anak. Misalnya, anak cenderung jadi sangat menjengkelkan di sore hari, cepat merasa frustasi dengan suatu proyek yang dikerjakannya. Jelaskan pula apa usaha-usaha yang telah Anda lakukan untuk mengatasi masalah ini.
Menghargai keunikan anak
Setiap anak memiliki keunikan yang berbeda-beda. Oleh karena itu diharapkan orang tua dan pendidik dapat mengenali keunikan-keunikan tersebut dalam bentuk kecerdasan. Dahulu kita mengenal Intelligence Quotient (IQ) yang diperkenalkan oleh Alfred Binet, dimana IQ akan menentukan keberhasilan pendidikan anak. Sedangkan, pada saat ini Gardner telah mengenalkan kita dengan kecerdasan majemuk (multiple intelligences) Setiap anak memiliki semua kecerdasan yang disebutkan oleh Gardner, dimana kecerdasan linguistik, logis-matematis, kinestetik-jasmani, musikal, antarpribadi, interpribadi dan naturalis diharapkan dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki manusia. Setiap anak memiliki kesempatan untuk mengembangkan setiap kecerdasan yang mereka miliki dengan bimbingan orang tua dan guru. Mereka juga dapat menunjukkan kemampuan yang sesuai dengan kecerdasannya.
Seorang anak yang "bodoh" di dalam kelas, dimana selalu mendapat rangking terakhir bukanlah anak yang tidak cerdas. Setiap anak, pasti memiliki kecerdasan yang disebutkan oleh Gardner. Mungkin anak yang tertinggal tersebut tidak memiliki kecerdasan logis-matematis atau linguistik yang banyak dimaksimalkan di dalam proses belajar mengajar di sekolah. Kemungkinan dia memiliki kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetik-jasmani, kecerdasan musikal, kecerdasan antarpribadi, kecerdasaran interpribadi atau kecerdasan naturalis.
Anak anda mungkin senang menulis cerpen, puisi atau juga memiliki prestasi tinggi dalam mata pelajaran menulis. Dari kecenderungannya ini, anak tersebut memiliki kecerdasan linguistik (bahasa). Tapi, jika anda pernah diberi pertanyaan oleh seorang anak seperti "mengapa langit biru" atau "dimana akhir alam semesta", maka anda perlu menyadari bahwa anak tersebut memiliki rasa ingin tahu yang tinggi mengikuti kecerdasan logis-matematisnya. Selain itu, seorang anak juga ada yang lebih senang menirukan gerakan orang lain dari pada menggambar. Jika dia senang bergerak menirukan orang lain maka ia memiliki kecerdasan kinestetik-jasmani. Kemudian, anak yang lebih senang menggambar dan menonjol dalam mata pelajaran seni memiliki kecerdasan spasial.
Setiap anak juga memiliki cara belajar yang berbeda-beda. Gaya belajar yang lebih senang diiringi musik biasanya memiliki kepekaan terhadap musik. Menurut Armstrong (2002: 31), anak tersebut memiliki kecerdasan musikal yang perlu diasah dengan memberikan aktivitas belajar melalui musik.
Salah satu cara untuk melihat kecerdasan apa yang dimiliki seorang anak, kita bisa memperhatikan mereka saat bermain. Sering kali ketika bermain, anak lebih senang sendiri atau bergabung dengan teman-temannya. Jika dia lebih senang bersosialisasi dengan teman-temannya atau bahkan belajar bersama-sama, anak tersebut memiliki kecerdasan antarpribadi. Selain itu, anak yang memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah teman sebayanya juga memiliki kecerdasan ini. Tetapi, jika anak anda lebih senang belajar dan beraktivitas sendiri, maka dia memiliki kecerdasan interpribadi. Biasanya anak tersebut memperlihatkan sikap independen dan kemauan yang kuat.
Lingkungan alam di sekitar kita bisa dijadikan sebagai objek yang menarik bagi anak yang memiliki kecerdasan naturalis. Kecenderungan anak ini akrab dengan hewan peliharaannya atau tumbuhan yang dia rawat. Jangan heran, jika anak anda senang membawa pulang tumbuhan atau hewan untuk ditunjukkan kepada keluarganya.
Dari kedelapan kecerdasan tersebut, orang tua maupun pendidik perlu untuk menyadari adanya perbedaan kemampuan anak. Dari semua kecerdasan ini, anak dapat diarahkan sesuai dengan kecerdasan yang ia miliki. Sekolah, sebagai institusi yang mewadahi pendidikan perlu mempertimbangkan kecerdasan yang dimiliki anak supaya mereka dapat memperkuat kecerdasan yang mereka miliki.
Sumber : Pendidikan.net
Seorang anak yang "bodoh" di dalam kelas, dimana selalu mendapat rangking terakhir bukanlah anak yang tidak cerdas. Setiap anak, pasti memiliki kecerdasan yang disebutkan oleh Gardner. Mungkin anak yang tertinggal tersebut tidak memiliki kecerdasan logis-matematis atau linguistik yang banyak dimaksimalkan di dalam proses belajar mengajar di sekolah. Kemungkinan dia memiliki kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetik-jasmani, kecerdasan musikal, kecerdasan antarpribadi, kecerdasaran interpribadi atau kecerdasan naturalis.
Anak anda mungkin senang menulis cerpen, puisi atau juga memiliki prestasi tinggi dalam mata pelajaran menulis. Dari kecenderungannya ini, anak tersebut memiliki kecerdasan linguistik (bahasa). Tapi, jika anda pernah diberi pertanyaan oleh seorang anak seperti "mengapa langit biru" atau "dimana akhir alam semesta", maka anda perlu menyadari bahwa anak tersebut memiliki rasa ingin tahu yang tinggi mengikuti kecerdasan logis-matematisnya. Selain itu, seorang anak juga ada yang lebih senang menirukan gerakan orang lain dari pada menggambar. Jika dia senang bergerak menirukan orang lain maka ia memiliki kecerdasan kinestetik-jasmani. Kemudian, anak yang lebih senang menggambar dan menonjol dalam mata pelajaran seni memiliki kecerdasan spasial.
Setiap anak juga memiliki cara belajar yang berbeda-beda. Gaya belajar yang lebih senang diiringi musik biasanya memiliki kepekaan terhadap musik. Menurut Armstrong (2002: 31), anak tersebut memiliki kecerdasan musikal yang perlu diasah dengan memberikan aktivitas belajar melalui musik.
Salah satu cara untuk melihat kecerdasan apa yang dimiliki seorang anak, kita bisa memperhatikan mereka saat bermain. Sering kali ketika bermain, anak lebih senang sendiri atau bergabung dengan teman-temannya. Jika dia lebih senang bersosialisasi dengan teman-temannya atau bahkan belajar bersama-sama, anak tersebut memiliki kecerdasan antarpribadi. Selain itu, anak yang memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah teman sebayanya juga memiliki kecerdasan ini. Tetapi, jika anak anda lebih senang belajar dan beraktivitas sendiri, maka dia memiliki kecerdasan interpribadi. Biasanya anak tersebut memperlihatkan sikap independen dan kemauan yang kuat.
Lingkungan alam di sekitar kita bisa dijadikan sebagai objek yang menarik bagi anak yang memiliki kecerdasan naturalis. Kecenderungan anak ini akrab dengan hewan peliharaannya atau tumbuhan yang dia rawat. Jangan heran, jika anak anda senang membawa pulang tumbuhan atau hewan untuk ditunjukkan kepada keluarganya.
Dari kedelapan kecerdasan tersebut, orang tua maupun pendidik perlu untuk menyadari adanya perbedaan kemampuan anak. Dari semua kecerdasan ini, anak dapat diarahkan sesuai dengan kecerdasan yang ia miliki. Sekolah, sebagai institusi yang mewadahi pendidikan perlu mempertimbangkan kecerdasan yang dimiliki anak supaya mereka dapat memperkuat kecerdasan yang mereka miliki.
Sumber : Pendidikan.net
Di mana anak harus belajar?
Tempat belajar yang paling mudah dan murah adalah rumah. Tapi tentu saja harus menyelaraskan apa yang diajarkan pada anak-anak dengan apa yang akan mereka pelajari di masyarakat dan di sekolah. Belajar di rumah, tentu saja bukan sesuatu yang asing karena umumnya semua orangtua selalu memerlukan waktu bersama anak-anak mereka di rumah, seberapa pun sibuknya mereka. Karenanya kita perlu memanfaatkan waktu berkumpul bersama anak-anak ini dengan sebaik-baiknya. Inilah saat bagi kita untuk memberikan bekal pada anak-anak untuk bisa memilih secara tepat dan bermanfaat mengenai apa saja yang bisa pelajari di luar rumah.
Dan itu, sama sekali tidak tergantung pada seberapa kaya atau miskinnya kita atau seberapa tinggi dan lama kita bersekolah dulu, melainkan tergantung pada apa yang kita katakan dan perbuat di rumah. Dengan kata lain, kualitas pertemuan kita dengan anak-anak di rumah menjadi hal utama yang harus bisa kita ciptakan sebaik-baiknya, bila kita menginginkan anak-anak kita sukses di sekolah. Salah satu alasannya karena jam belajar yang dijalani anak-anak kita di sekolah, tidak jauh lebih lama dengan waktu belajar yang mereka habisnya di rumah atau di luar sekolah.
Sebagai contoh, di AS misalnya, waktu hari sekolah anak-anak itu tak lebih dari 180 hari saja setahunnya. Itupun hanya mengambil waktu sekitar 9 jam saja setiap harinya. Di Indonesia, waktu belajar yang dijalani anak-anak di sekolah, bahkan jauh lebih sedikit. Setelah dipotong dengan waktu libur kwartal, hari besar nasional dan keagamaan, hari minggu, praktis jumlah hari sekolah sekitar 240 hari saja setiap tahun. Itupun waktu yang dihabiskan setiap harinya hanya berkisar antara 2 jam sampai 6 jam saja setiap harinya. Jika misalnya kita mengasumsikan anak-anak menghabiskan 6 jam jam di sekolah setiap hari, maka dalam 240 hari jumlah jam yang dihabiskan di sekolah mencapai 1440 jam atau setara dengan 60 hari.
Dengan kata lain, dalam setahun sesungguhnya anak-anak kita hanya menghabiskan 60 hari saja untuk bersekolah. Selebihnya ia berada di luar sekolah. Karena itu, kualitas pertemuan antara orangtua dan anak di rumah, menjadi hal utama dan terpenting untuk bisa diciptakan agar anak bisa belajar dan memperoleh pengalaman berharga yang bisa menjadi bekal mereka meraih sukses kelak. Kunci pertama (dan utama) agar pertemuan antara orangtua dan anak di rumah benar-benar berkualitas itu, seperti yang sudah banyak disarankan para pakar adalah komunikasi.
Karena komunikasi menjadi kunci dan hampir tak ada biaya untuk melakukannya, maka sudah sepatutnya Anda harus bisa menciptakan suasana yang kondusif sekaligus produktif dalam berkomunikasi dengan anak-anak Anda. Misalnya, Anda harus berupaya aktif bertanya juga mendengar tentang apa yang disampaikan anak-anak Anda. Dengan begitu, maka komunikasi Anda dengan anak-anak akan benar-benar memiliki nilai manfaat yang sangat tinggi, tanpa biaya sama sekali. Dan yang terpenting, lewat komunikasi seperti ini, secara tidak langsung, Anda telah membantu anak Anda membentuk pribadi yang mandiri dan penuh percaya diri.
Kunci kedua adalah mengupayakan agar semua proses belajar di rumah bersama anak-anak Anda itu, bisa dilakukan sedini mungkin. Caranya, bisa bertahap.
Bila anak Anda masih sangat muda atau masih berusia pra sekolah, Anda bisa menularkan kesukaan belajar dengan membiarkan mereka melihat dan mendengarkan Anda membaca. Bahkan bila perlu, ajak mereka mengunjungi perpustakaan. Bila mereka sudah bisa membaca, tak salah bila Anda membuatkan merek akartu anggota perpustakaan sendiri.
Upayakan Anda bisa menyediakan berbagai keperluan tulis menulis atau peralatan menggambar bagi anak-anak Anda di rumah. Ini akan menunjang mereka untuk mencoba melakukan sesuatu yang secara tidak langsung merangsang mereka untuk kreatif.
Ajarkan anak-anak Anda untuk me-lakukan kegiatan yang bermanfaat bagi pengembangan kemampuan mereka dan bukannya memberikan sesuatu sekadar untuk mereka kerjakan.
Bantulah anak Anda, bila mem-butuhkan, untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan sesuai dengan tahapannya. Misalnya, membuat mobil-mobilan dari kulit jeruk. Tunjukan tahapan dari mana mereka harus memulai langkah demi langkah, sampai mobil-mobilan itu selesai dibangun dan bisa dimainkan.
Kembangkan, bersama anak Anda, sikap dan pola pikir yang rasional, konsisten dengan jadwal penyelesaian pekerjaan atau kegiatan di sekitar rumah. Buatlah jadwal atau rencana kegiatan di rumah bersama mereka. Bila perlu, jadwal harian.
Kunci ketiga yang bisa mengantarkan anak Anda meraih sukses di sekolah adalah mengarahkan dan membantu mereka bagaimana menyelesaikan pekerjaan rumah dari sekolah. Untuk itu, Anda perlu meyakinkan mereka bahwa pendidikan itu penting dan karenanya PR harus selalu dikerjakan. Selain itu, agar mereka bisa menyelesaikan PR itu dengan tenang, memberikan tempat khusus pada anak-anak untuk belajar, akan sangat membantu.
Belajar di Masyarakat
Pendampingan dan peran aktif orangtua, juga sangat diperlukan untuk membantu anak-anak mereka bisa menarik manfaat dari pergaulan mereka di masyarakat. Pastikan bahwa Anda bisa memberikan penjelasan yang jernih tentang bagaimana lingkungan tempat tinggal Anda pada anak-anak. Biarkan dan berikan waktu bagi mereka untuk bermain dengan teman-teman di lingkungan tempat tinggal Anda, karena ini merupakan bagian dari proses belajar mereka dengan lingkungannya.
Belajar di Sekolah
Orangtua bisa secara aktif terlibat dalam proses pendidikan anak mereka di sekolah dengan beberapa cara. Misalnya, membantu anak-anak menyelesaikan PR di rumah, memberikan penjelasan tambahan yang berkaitan dengan materi belajar mereka di sekolah. Jadi prinsipnya, orangtua harus lebih aktif mengikuti perkembangan tentang apa saja yang dilakukan anak-anak mereka di sekolah. Termasuk mencermati tentang apa dan bagaimana kurikulum sekolah tempat anak mereka menuntut ilmu. Dengan cara itu, maka orangtua akan bisa lebih mudah membantu anak-anak mereka menemukan jalan untuk meraih sukses di sekolah.
Sumber : (Tips. 110603, tempo interaktif)
Dan itu, sama sekali tidak tergantung pada seberapa kaya atau miskinnya kita atau seberapa tinggi dan lama kita bersekolah dulu, melainkan tergantung pada apa yang kita katakan dan perbuat di rumah. Dengan kata lain, kualitas pertemuan kita dengan anak-anak di rumah menjadi hal utama yang harus bisa kita ciptakan sebaik-baiknya, bila kita menginginkan anak-anak kita sukses di sekolah. Salah satu alasannya karena jam belajar yang dijalani anak-anak kita di sekolah, tidak jauh lebih lama dengan waktu belajar yang mereka habisnya di rumah atau di luar sekolah.
Sebagai contoh, di AS misalnya, waktu hari sekolah anak-anak itu tak lebih dari 180 hari saja setahunnya. Itupun hanya mengambil waktu sekitar 9 jam saja setiap harinya. Di Indonesia, waktu belajar yang dijalani anak-anak di sekolah, bahkan jauh lebih sedikit. Setelah dipotong dengan waktu libur kwartal, hari besar nasional dan keagamaan, hari minggu, praktis jumlah hari sekolah sekitar 240 hari saja setiap tahun. Itupun waktu yang dihabiskan setiap harinya hanya berkisar antara 2 jam sampai 6 jam saja setiap harinya. Jika misalnya kita mengasumsikan anak-anak menghabiskan 6 jam jam di sekolah setiap hari, maka dalam 240 hari jumlah jam yang dihabiskan di sekolah mencapai 1440 jam atau setara dengan 60 hari.
Dengan kata lain, dalam setahun sesungguhnya anak-anak kita hanya menghabiskan 60 hari saja untuk bersekolah. Selebihnya ia berada di luar sekolah. Karena itu, kualitas pertemuan antara orangtua dan anak di rumah, menjadi hal utama dan terpenting untuk bisa diciptakan agar anak bisa belajar dan memperoleh pengalaman berharga yang bisa menjadi bekal mereka meraih sukses kelak. Kunci pertama (dan utama) agar pertemuan antara orangtua dan anak di rumah benar-benar berkualitas itu, seperti yang sudah banyak disarankan para pakar adalah komunikasi.
Karena komunikasi menjadi kunci dan hampir tak ada biaya untuk melakukannya, maka sudah sepatutnya Anda harus bisa menciptakan suasana yang kondusif sekaligus produktif dalam berkomunikasi dengan anak-anak Anda. Misalnya, Anda harus berupaya aktif bertanya juga mendengar tentang apa yang disampaikan anak-anak Anda. Dengan begitu, maka komunikasi Anda dengan anak-anak akan benar-benar memiliki nilai manfaat yang sangat tinggi, tanpa biaya sama sekali. Dan yang terpenting, lewat komunikasi seperti ini, secara tidak langsung, Anda telah membantu anak Anda membentuk pribadi yang mandiri dan penuh percaya diri.
Kunci kedua adalah mengupayakan agar semua proses belajar di rumah bersama anak-anak Anda itu, bisa dilakukan sedini mungkin. Caranya, bisa bertahap.
Bila anak Anda masih sangat muda atau masih berusia pra sekolah, Anda bisa menularkan kesukaan belajar dengan membiarkan mereka melihat dan mendengarkan Anda membaca. Bahkan bila perlu, ajak mereka mengunjungi perpustakaan. Bila mereka sudah bisa membaca, tak salah bila Anda membuatkan merek akartu anggota perpustakaan sendiri.
Upayakan Anda bisa menyediakan berbagai keperluan tulis menulis atau peralatan menggambar bagi anak-anak Anda di rumah. Ini akan menunjang mereka untuk mencoba melakukan sesuatu yang secara tidak langsung merangsang mereka untuk kreatif.
Ajarkan anak-anak Anda untuk me-lakukan kegiatan yang bermanfaat bagi pengembangan kemampuan mereka dan bukannya memberikan sesuatu sekadar untuk mereka kerjakan.
Bantulah anak Anda, bila mem-butuhkan, untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan sesuai dengan tahapannya. Misalnya, membuat mobil-mobilan dari kulit jeruk. Tunjukan tahapan dari mana mereka harus memulai langkah demi langkah, sampai mobil-mobilan itu selesai dibangun dan bisa dimainkan.
Kembangkan, bersama anak Anda, sikap dan pola pikir yang rasional, konsisten dengan jadwal penyelesaian pekerjaan atau kegiatan di sekitar rumah. Buatlah jadwal atau rencana kegiatan di rumah bersama mereka. Bila perlu, jadwal harian.
Kunci ketiga yang bisa mengantarkan anak Anda meraih sukses di sekolah adalah mengarahkan dan membantu mereka bagaimana menyelesaikan pekerjaan rumah dari sekolah. Untuk itu, Anda perlu meyakinkan mereka bahwa pendidikan itu penting dan karenanya PR harus selalu dikerjakan. Selain itu, agar mereka bisa menyelesaikan PR itu dengan tenang, memberikan tempat khusus pada anak-anak untuk belajar, akan sangat membantu.
Belajar di Masyarakat
Pendampingan dan peran aktif orangtua, juga sangat diperlukan untuk membantu anak-anak mereka bisa menarik manfaat dari pergaulan mereka di masyarakat. Pastikan bahwa Anda bisa memberikan penjelasan yang jernih tentang bagaimana lingkungan tempat tinggal Anda pada anak-anak. Biarkan dan berikan waktu bagi mereka untuk bermain dengan teman-teman di lingkungan tempat tinggal Anda, karena ini merupakan bagian dari proses belajar mereka dengan lingkungannya.
Belajar di Sekolah
Orangtua bisa secara aktif terlibat dalam proses pendidikan anak mereka di sekolah dengan beberapa cara. Misalnya, membantu anak-anak menyelesaikan PR di rumah, memberikan penjelasan tambahan yang berkaitan dengan materi belajar mereka di sekolah. Jadi prinsipnya, orangtua harus lebih aktif mengikuti perkembangan tentang apa saja yang dilakukan anak-anak mereka di sekolah. Termasuk mencermati tentang apa dan bagaimana kurikulum sekolah tempat anak mereka menuntut ilmu. Dengan cara itu, maka orangtua akan bisa lebih mudah membantu anak-anak mereka menemukan jalan untuk meraih sukses di sekolah.
Sumber : (Tips. 110603, tempo interaktif)
Pendidikan sebagai investasi jangka panjang
Profesor Toshiko Kinosita mengemukakan bahwa sumber daya manusia Indonesia masih sangat lemah untuk mendukung perkembangan industri dan ekonomi. Penyebabnya karena pemerintah selama ini tidak pernah menempatkan pendidikan sebagai prioritas terpenting. Tidak ditempatkannya pendidikan sebagai prioritas terpenting karena masyarakat Indonesia, mulai dari yang awam hingga politisi dan pejabat pemerintah, hanya berorientasi mengejar uang untuk memperkaya diri sendiri dan tidak pernah berfikir panjang (Kompas, 24 Mei 2002).
Pendapat Guru Besar Universitas Waseda Jepang tersebut sangat menarik untuk dikaji mengingat saat ini pemerintah Indonesia mulai melirik pendidikan sebagai investasi jangka panjang, setelah selama ini pendidikan terabaikan. Salah satu indikatornya adalah telah disetujuinya oleh MPR untuk memprioritaskan anggaran pendidikan minimal 20 % dari APBN atau APBD. Langkah ini merupakan awal kesadaran pentingnya pendidikan sebagai investasi jangka pangjang. Sedikitnya terdapat tiga alasan untuk memprioritaskan pendidikan sebagai investasi jangka panjang.
Pertama, pendidikan adalah alat untuk perkembangan ekonomi dan bukan sekedar pertumbuhan ekonomi. Pada praksis manajemen pendidikan modern, salah satu dari lima fungsi pendidikan adalah fungsi teknis-ekonomis baik pada tataran individual hingga tataran global. Fungsi teknis-ekonomis merujuk pada kontribusi pendidikan untuk perkembangan ekonomi. Misalnya pendidikan dapat membantu siswa untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk hidup dan berkompetisi dalam ekonomi yang kompetitif.
Secara umum terbukti bahwa semakin berpendidikan seseorang maka tingkat pendapatannya semakin baik. Hal ini dimungkinkan karena orang yang berpendidikan lebih produktif bila dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan. Produktivitas seseorang tersebut dikarenakan dimilikinya keterampilan teknis yang diperoleh dari pendidikan. Oleh karena itu salah satu tujuan yang harus dicapai oleh pendidikan adalah mengembangkan keterampilan hidup. Inilah sebenarnya arah kurikulum berbasis kompetensi, pendidikan life skill dan broad based education yang dikembangkan di Indonesia akhir-akhir ini. Di Amerika Serikat (1992) seseorang yang berpendidikan doktor penghasilan rata-rata per tahun sebesar 55 juta dollar, master 40 juta dollar, dan sarjana 33 juta dollar. Sementara itu lulusan pendidikan lanjutan hanya berpanghasilan rata-rata 19 juta dollar per tahun. Pada tahun yang sama struktur ini juga terjadi di Indonesia. Misalnya rata-rata, antara pedesaan dan perkotaan, pendapatan per tahun lulusan universitas 3,5 juta rupiah, akademi 3 juta rupiah, SLTA 1,9 juta rupiah, dan SD hanya 1,1 juta rupiah.
Para penganut teori human capital berpendapat bahwa pendidikan adalah sebagai investasi sumber daya manusia yang memberi manfaat moneter ataupun non-moneter. Manfaat non-meneter dari pendidikan adalah diperolehnya kondisi kerja yang lebih baik, kepuasan kerja, efisiensi konsumsi, kepuasan menikmati masa pensiun dan manfaat hidup yang lebih lama karena peningkatan gizi dan kesehatan. Manfaat moneter adalah manfaat ekonomis yaitu berupa tambahan pendapatan seseorang yang telah menyelesaikan tingkat pendidikan tertentu dibandingkan dengan pendapatan lulusan pendidikan dibawahnya. (Walter W. McMahon dan Terry G. Geske, Financing Education: Overcoming Inefficiency and Inequity, USA: University of Illionis, 1982, h.121).
Sumber daya manusia yang berpendidikan akan menjadi modal utama pembangunan nasional, terutama untuk perkembangan ekonomi. Semakin banyak orang yang berpendidikan maka semakin mudah bagi suatu negara untuk membangun bangsanya. Hal ini dikarenakan telah dikuasainya keterampilan, ilmu pengetahuan dan teknologi oleh sumber daya manusianya sehingga pemerintah lebih mudah dalam menggerakkan pembangunan nasional.
Nilai Balik Pendidikan
Kedua, investasi pendidikan memberikan nilai balik (rate of return) yang lebih tinggi dari pada investasi fisik di bidang lain. Nilai balik pendidikan adalah perbandingan antara total biaya yang dikeluarkan untuk membiayai pendidikan dengan total pendapatan yang akan diperoleh setelah seseorang lulus dan memasuki dunia kerja. Di negara-negara sedang berkembang umumnya menunjukkan nilai balik terhadap investasi pendidikan relatif lebih tinggi dari pada investasi modal fisik yaitu 20 % dibanding 15 %. Sementara itu di negara-negara maju nilai balik investasi pendidikan lebih rendah dibanding investasi modal fisik yaitu 9 % dibanding 13 %. Keadaan ini dapat dijelaskan bahwa dengan jumlah tenaga kerja terdidik yang terampil dan ahli di negara berkembang relatif lebih terbatas jumlahnya dibandingkan dengan kebutuhan sehingga tingkat upah lebih tinggi dan akan menyebabkan nilai balik terhadap pendidikan juga tinggi (Ace Suryadi, Pendidikan, Investasi SDM dan Pembangunan: Isu, Teori dan Aplikasi. Balai Pustaka: Jakarta, 1999, h.247).
Pilihan investasi pendidikan juga harus mempertimbangkan tingkatan pendidikan. Di Asia nilai balik sosial pendidikan dasar rata-rata sebesar 27 %, pendidikan menengah 15 %, dan pendidikan tinggi 13 %. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka manfaat sosialnya semakin kecil. Jelas sekali bahwa pendidikan dasar memberikan manfaat sosial yang paling besar diantara tingkat pendidikan lainnya. Melihat kenyataan ini maka struktur alokasi pembiayaan pendidikan harus direformasi. Pada tahun 1995/1996 misalnya, alokasi biaya pendidikan dari pemerintah Indonesia untuk Sekolah Dasar Negeri per siswa paling kecil yaitu rata-rata hanya sekirat 18.000 rupiah per bulan, sementara itu biaya pendidikan per siswa di Perguruan Tinggi Negeri mendapat alokasi sebesar 66.000 rupiah per bulan. Dirjen Dikti, Satrio Sumantri Brojonegoro suatu ketika mengemukakan bahwa alokasi dana untuk pendidikan tinggi negeri 25 kali lipat dari pendidikan dasar. Hal ini menunjukkan bahwa biaya pendidikan yang lebih banyak dialokasikan pada pendidikan tinggi justru terjadi inefisiensi karena hanya menguntungkan individu dan kurang memberikan manfaat kepada masyarakat.
Reformasi alokasi biaya pendidikan ini penting dilakukan mengingat beberapa kajian yang menunjukkan bahwa mayoritas yang menikmati pendidikan di PTN adalah berasal dari masyarakat mampu. Maka model pembiayaan pendidikan selain didasarkan pada jenjang pendidikan (dasar vs tinggi) juga didasarkan pada kekuatan ekonomi siswa (miskin vs kaya). Artinya siswa di PTN yang berasal dari keluarga kaya harus dikenakan biaya pendidikan yang lebih mahal dari pada yang berasal dari keluarga miskin. Model yang ditawarkan ini sesuai dengan kritetia equity dalam pembiayaan pendidikan seperti yang digariskan Unesco.
Itulah sebabnya Profesor Kinosita menyarankan bahwa yang diperlukan di Indonesia adalah pendidikan dasar dan bukan pendidikan yang canggih. Proses pendidikan pada pendidikan dasar setidaknnya bertumpu pada empat pilar yaitu learning to know, learning to do, leraning to be dan learning live together yang dapat dicapai melalui delapan kompetensi dasar yaitu membaca, menulis, mendengar, menutur, menghitung, meneliti, menghafal dan menghayal. Anggaran pendidikan nasional seharusnya diprioritaskan untuk mengentaskan pendidikan dasar 9 tahun dan bila perlu diperluas menjadi 12 tahun. Selain itu pendidikan dasar seharusnya “benar-benar” dibebaskan dari segala beban biaya. Dikatakan “benar-benar” karena selama ini wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan pemerintah tidaklah gratis. Apabila semua anak usia pendidikan dasar sudah terlayani mendapatkan pendidikan tanpa dipungut biaya, barulah anggaran pendidikan dialokasikan untuk pendidikan tingkat selanjutnya.
Fungsi Non Ekonomi
Ketiga, investasi dalam bidang pendidikan memiliki banyak fungsi selain fungsi teknis-ekonomis yaitu fungsi sosial-kemanusiaan, fungsi politis, fungsi budaya, dan fungsi kependidikan. Fungsi sosial-kemanusiaan merujuk pada kontribusi pendidikan terhadap perkembangan manusia dan hubungan sosial pada berbagai tingkat sosial yang berbeda. Misalnya pada tingkat individual pendidikan membantu siswa untuk mengembangkan dirinya secara psikologis, sosial, fisik dan membantu siswa mengembangkan potensinya semaksimal mungkin (Yin Cheong Cheng, School Effectiveness and School-Based Management: A Mechanism for Development, Washington D.C: The Palmer Press, 1996, h.7).
Fungsi politis merujuk pada sumbangan pendidikan terhadap perkembangan politik pada tingkatan sosial yang berbeda. Misalnya pada tingkat individual, pendidikan membantu siswa untuk mengembangkan sikap dan keterampilan kewarganegaraan yang positif untuk melatih warganegara yang benar dan bertanggung jawab. Orang yang berpendidikan diharapkan lebih mengerti hak dan kewajibannya sehingga wawasan dan perilakunya semakin demoktratis. Selain itu orang yang berpendidikan diharapkan memiliki kesadaran dan tanggung jawab terhadap bangsa dan negara lebih baik dibandingkan dengan yang kurang berpendidikan.
Fungsi budaya merujuk pada sumbangan pendidikan pada peralihan dan perkembangan budaya pada tingkatan sosial yang berbeda. Pada tingkat individual, pendidikan membantu siswa untuk mengembangkan kreativitasnya, kesadaran estetis serta untuk bersosialisasi dengan norma-norma, nilai-nilai dan keyakinan sosial yang baik. Orang yang berpendidikan diharapkan lebih mampu menghargai atau menghormati perbedaan dan pluralitas budaya sehingga memiliki sikap yang lebih terbuka terhadap keanekaragaman budaya. Dengan demikian semakin banyak orang yang berpendidikan diharapkan akan lebih mudah terjadinya akulturasi budaya yang selanjutnya akan terjadi integrasi budaya nasional atau regional.
Fungsi kependidikan merujuk pada sumbangan pendidikan terhadap perkembangan dan pemeliharaan pendidikan pada tingkat sosial yang berbeda. Pada tingkat individual pendidikan membantu siswa belajar cara belajar dan membantu guru cara mengajar. Orang yang berpendidikan diharapkan memiliki kesadaran untuk belajar sepanjang hayat (life long learning), selalu merasa ketinggalan informasi, ilmu pengetahuan serta teknologi sehingga terus terdorong untuk maju dan terus belajar.
Di kalangan masyarakat luas juga berlaku pendapat umum bahwa semakin berpendidikan maka makin baik status sosial seseorang dan penghormatan masyarakat terhadap orang yang berpendidikan lebih baik dari pada yang kurang berpendidikan. Orang yang berpendidikan diharapkan bisa menggunakan pemikiran-pemikirannya yang berorientasi pada kepentingan jangka panjang. Orang yang berpendidikan diharapkan tidak memiliki kecenderungan orientasi materi/uang apalagi untuk memperkaya diri sendiri.
Kesimpulan
Jelaslah bahwa investasi dalam bidang pendidikan tidak semata-mata untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi tetapi lebih luas lagi yaitu perkembangan ekonomi. Selama orde baru kita selalu bangga dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, namun pertumbuhan ekonomi yang tinggi itu hancur lebur karena tidak didukung oleh adanya sumber daya manusia yang berpendidikan. Orde baru banyak melahirkan orang kaya yang tidak memiliki kejujuran dan keadilan, tetapi lebih banyak lagi melahirkan orang miskin. Akhirnya pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati sebagian orang dan dengan tingkat ketergantungan yang amat besar.
Perkembangan ekonomi akan tercapai apabila sumber daya manusianya memiliki etika, moral, rasa tanggung jawab, rasa keadilan, jujur, serta menyadari hak dan kewajiban yang kesemuanya itu merupakan indikator hasil pendidikan yang baik. Inilah saatnya bagi negeri ini untuk merenungkan bagaimana merencanakan sebuah sistem pendidikan yang baik untuk mendukung perkembangan ekonomi. Selain itu pendidikan juga sebagai alat pemersatu bangsa yang saat ini sedang diancam perpecahan. Melalui fungsi-fungsi pendidikan di atas yaitu fungsi sosial-kemanusiaan, fungsi politis, fungsi budaya, dan fungsi kependidikan maka negeri ini dapat disatukan kembali. Dari paparan di atas tampak bahwa pendidikan adalah wahana yang amat penting dan strategis untuk perkembangan ekonomi dan integrasi bangsa. Singkatnya pendidikan adalah sebagai investasi jangka panjang yang harus menjadi pilihan utama.
Bila demikian, ke arah mana pendidikan negeri ini harus dibawa? Bagaimana merencanakan sebuah sistem pendidikan yang baik? Marilah kita renungkan bersama
Oleh : Nurkholis
Sumber : Pendidikan.net
Pendapat Guru Besar Universitas Waseda Jepang tersebut sangat menarik untuk dikaji mengingat saat ini pemerintah Indonesia mulai melirik pendidikan sebagai investasi jangka panjang, setelah selama ini pendidikan terabaikan. Salah satu indikatornya adalah telah disetujuinya oleh MPR untuk memprioritaskan anggaran pendidikan minimal 20 % dari APBN atau APBD. Langkah ini merupakan awal kesadaran pentingnya pendidikan sebagai investasi jangka pangjang. Sedikitnya terdapat tiga alasan untuk memprioritaskan pendidikan sebagai investasi jangka panjang.
Pertama, pendidikan adalah alat untuk perkembangan ekonomi dan bukan sekedar pertumbuhan ekonomi. Pada praksis manajemen pendidikan modern, salah satu dari lima fungsi pendidikan adalah fungsi teknis-ekonomis baik pada tataran individual hingga tataran global. Fungsi teknis-ekonomis merujuk pada kontribusi pendidikan untuk perkembangan ekonomi. Misalnya pendidikan dapat membantu siswa untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk hidup dan berkompetisi dalam ekonomi yang kompetitif.
Secara umum terbukti bahwa semakin berpendidikan seseorang maka tingkat pendapatannya semakin baik. Hal ini dimungkinkan karena orang yang berpendidikan lebih produktif bila dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan. Produktivitas seseorang tersebut dikarenakan dimilikinya keterampilan teknis yang diperoleh dari pendidikan. Oleh karena itu salah satu tujuan yang harus dicapai oleh pendidikan adalah mengembangkan keterampilan hidup. Inilah sebenarnya arah kurikulum berbasis kompetensi, pendidikan life skill dan broad based education yang dikembangkan di Indonesia akhir-akhir ini. Di Amerika Serikat (1992) seseorang yang berpendidikan doktor penghasilan rata-rata per tahun sebesar 55 juta dollar, master 40 juta dollar, dan sarjana 33 juta dollar. Sementara itu lulusan pendidikan lanjutan hanya berpanghasilan rata-rata 19 juta dollar per tahun. Pada tahun yang sama struktur ini juga terjadi di Indonesia. Misalnya rata-rata, antara pedesaan dan perkotaan, pendapatan per tahun lulusan universitas 3,5 juta rupiah, akademi 3 juta rupiah, SLTA 1,9 juta rupiah, dan SD hanya 1,1 juta rupiah.
Para penganut teori human capital berpendapat bahwa pendidikan adalah sebagai investasi sumber daya manusia yang memberi manfaat moneter ataupun non-moneter. Manfaat non-meneter dari pendidikan adalah diperolehnya kondisi kerja yang lebih baik, kepuasan kerja, efisiensi konsumsi, kepuasan menikmati masa pensiun dan manfaat hidup yang lebih lama karena peningkatan gizi dan kesehatan. Manfaat moneter adalah manfaat ekonomis yaitu berupa tambahan pendapatan seseorang yang telah menyelesaikan tingkat pendidikan tertentu dibandingkan dengan pendapatan lulusan pendidikan dibawahnya. (Walter W. McMahon dan Terry G. Geske, Financing Education: Overcoming Inefficiency and Inequity, USA: University of Illionis, 1982, h.121).
Sumber daya manusia yang berpendidikan akan menjadi modal utama pembangunan nasional, terutama untuk perkembangan ekonomi. Semakin banyak orang yang berpendidikan maka semakin mudah bagi suatu negara untuk membangun bangsanya. Hal ini dikarenakan telah dikuasainya keterampilan, ilmu pengetahuan dan teknologi oleh sumber daya manusianya sehingga pemerintah lebih mudah dalam menggerakkan pembangunan nasional.
Nilai Balik Pendidikan
Kedua, investasi pendidikan memberikan nilai balik (rate of return) yang lebih tinggi dari pada investasi fisik di bidang lain. Nilai balik pendidikan adalah perbandingan antara total biaya yang dikeluarkan untuk membiayai pendidikan dengan total pendapatan yang akan diperoleh setelah seseorang lulus dan memasuki dunia kerja. Di negara-negara sedang berkembang umumnya menunjukkan nilai balik terhadap investasi pendidikan relatif lebih tinggi dari pada investasi modal fisik yaitu 20 % dibanding 15 %. Sementara itu di negara-negara maju nilai balik investasi pendidikan lebih rendah dibanding investasi modal fisik yaitu 9 % dibanding 13 %. Keadaan ini dapat dijelaskan bahwa dengan jumlah tenaga kerja terdidik yang terampil dan ahli di negara berkembang relatif lebih terbatas jumlahnya dibandingkan dengan kebutuhan sehingga tingkat upah lebih tinggi dan akan menyebabkan nilai balik terhadap pendidikan juga tinggi (Ace Suryadi, Pendidikan, Investasi SDM dan Pembangunan: Isu, Teori dan Aplikasi. Balai Pustaka: Jakarta, 1999, h.247).
Pilihan investasi pendidikan juga harus mempertimbangkan tingkatan pendidikan. Di Asia nilai balik sosial pendidikan dasar rata-rata sebesar 27 %, pendidikan menengah 15 %, dan pendidikan tinggi 13 %. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka manfaat sosialnya semakin kecil. Jelas sekali bahwa pendidikan dasar memberikan manfaat sosial yang paling besar diantara tingkat pendidikan lainnya. Melihat kenyataan ini maka struktur alokasi pembiayaan pendidikan harus direformasi. Pada tahun 1995/1996 misalnya, alokasi biaya pendidikan dari pemerintah Indonesia untuk Sekolah Dasar Negeri per siswa paling kecil yaitu rata-rata hanya sekirat 18.000 rupiah per bulan, sementara itu biaya pendidikan per siswa di Perguruan Tinggi Negeri mendapat alokasi sebesar 66.000 rupiah per bulan. Dirjen Dikti, Satrio Sumantri Brojonegoro suatu ketika mengemukakan bahwa alokasi dana untuk pendidikan tinggi negeri 25 kali lipat dari pendidikan dasar. Hal ini menunjukkan bahwa biaya pendidikan yang lebih banyak dialokasikan pada pendidikan tinggi justru terjadi inefisiensi karena hanya menguntungkan individu dan kurang memberikan manfaat kepada masyarakat.
Reformasi alokasi biaya pendidikan ini penting dilakukan mengingat beberapa kajian yang menunjukkan bahwa mayoritas yang menikmati pendidikan di PTN adalah berasal dari masyarakat mampu. Maka model pembiayaan pendidikan selain didasarkan pada jenjang pendidikan (dasar vs tinggi) juga didasarkan pada kekuatan ekonomi siswa (miskin vs kaya). Artinya siswa di PTN yang berasal dari keluarga kaya harus dikenakan biaya pendidikan yang lebih mahal dari pada yang berasal dari keluarga miskin. Model yang ditawarkan ini sesuai dengan kritetia equity dalam pembiayaan pendidikan seperti yang digariskan Unesco.
Itulah sebabnya Profesor Kinosita menyarankan bahwa yang diperlukan di Indonesia adalah pendidikan dasar dan bukan pendidikan yang canggih. Proses pendidikan pada pendidikan dasar setidaknnya bertumpu pada empat pilar yaitu learning to know, learning to do, leraning to be dan learning live together yang dapat dicapai melalui delapan kompetensi dasar yaitu membaca, menulis, mendengar, menutur, menghitung, meneliti, menghafal dan menghayal. Anggaran pendidikan nasional seharusnya diprioritaskan untuk mengentaskan pendidikan dasar 9 tahun dan bila perlu diperluas menjadi 12 tahun. Selain itu pendidikan dasar seharusnya “benar-benar” dibebaskan dari segala beban biaya. Dikatakan “benar-benar” karena selama ini wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan pemerintah tidaklah gratis. Apabila semua anak usia pendidikan dasar sudah terlayani mendapatkan pendidikan tanpa dipungut biaya, barulah anggaran pendidikan dialokasikan untuk pendidikan tingkat selanjutnya.
Fungsi Non Ekonomi
Ketiga, investasi dalam bidang pendidikan memiliki banyak fungsi selain fungsi teknis-ekonomis yaitu fungsi sosial-kemanusiaan, fungsi politis, fungsi budaya, dan fungsi kependidikan. Fungsi sosial-kemanusiaan merujuk pada kontribusi pendidikan terhadap perkembangan manusia dan hubungan sosial pada berbagai tingkat sosial yang berbeda. Misalnya pada tingkat individual pendidikan membantu siswa untuk mengembangkan dirinya secara psikologis, sosial, fisik dan membantu siswa mengembangkan potensinya semaksimal mungkin (Yin Cheong Cheng, School Effectiveness and School-Based Management: A Mechanism for Development, Washington D.C: The Palmer Press, 1996, h.7).
Fungsi politis merujuk pada sumbangan pendidikan terhadap perkembangan politik pada tingkatan sosial yang berbeda. Misalnya pada tingkat individual, pendidikan membantu siswa untuk mengembangkan sikap dan keterampilan kewarganegaraan yang positif untuk melatih warganegara yang benar dan bertanggung jawab. Orang yang berpendidikan diharapkan lebih mengerti hak dan kewajibannya sehingga wawasan dan perilakunya semakin demoktratis. Selain itu orang yang berpendidikan diharapkan memiliki kesadaran dan tanggung jawab terhadap bangsa dan negara lebih baik dibandingkan dengan yang kurang berpendidikan.
Fungsi budaya merujuk pada sumbangan pendidikan pada peralihan dan perkembangan budaya pada tingkatan sosial yang berbeda. Pada tingkat individual, pendidikan membantu siswa untuk mengembangkan kreativitasnya, kesadaran estetis serta untuk bersosialisasi dengan norma-norma, nilai-nilai dan keyakinan sosial yang baik. Orang yang berpendidikan diharapkan lebih mampu menghargai atau menghormati perbedaan dan pluralitas budaya sehingga memiliki sikap yang lebih terbuka terhadap keanekaragaman budaya. Dengan demikian semakin banyak orang yang berpendidikan diharapkan akan lebih mudah terjadinya akulturasi budaya yang selanjutnya akan terjadi integrasi budaya nasional atau regional.
Fungsi kependidikan merujuk pada sumbangan pendidikan terhadap perkembangan dan pemeliharaan pendidikan pada tingkat sosial yang berbeda. Pada tingkat individual pendidikan membantu siswa belajar cara belajar dan membantu guru cara mengajar. Orang yang berpendidikan diharapkan memiliki kesadaran untuk belajar sepanjang hayat (life long learning), selalu merasa ketinggalan informasi, ilmu pengetahuan serta teknologi sehingga terus terdorong untuk maju dan terus belajar.
Di kalangan masyarakat luas juga berlaku pendapat umum bahwa semakin berpendidikan maka makin baik status sosial seseorang dan penghormatan masyarakat terhadap orang yang berpendidikan lebih baik dari pada yang kurang berpendidikan. Orang yang berpendidikan diharapkan bisa menggunakan pemikiran-pemikirannya yang berorientasi pada kepentingan jangka panjang. Orang yang berpendidikan diharapkan tidak memiliki kecenderungan orientasi materi/uang apalagi untuk memperkaya diri sendiri.
Kesimpulan
Jelaslah bahwa investasi dalam bidang pendidikan tidak semata-mata untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi tetapi lebih luas lagi yaitu perkembangan ekonomi. Selama orde baru kita selalu bangga dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, namun pertumbuhan ekonomi yang tinggi itu hancur lebur karena tidak didukung oleh adanya sumber daya manusia yang berpendidikan. Orde baru banyak melahirkan orang kaya yang tidak memiliki kejujuran dan keadilan, tetapi lebih banyak lagi melahirkan orang miskin. Akhirnya pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati sebagian orang dan dengan tingkat ketergantungan yang amat besar.
Perkembangan ekonomi akan tercapai apabila sumber daya manusianya memiliki etika, moral, rasa tanggung jawab, rasa keadilan, jujur, serta menyadari hak dan kewajiban yang kesemuanya itu merupakan indikator hasil pendidikan yang baik. Inilah saatnya bagi negeri ini untuk merenungkan bagaimana merencanakan sebuah sistem pendidikan yang baik untuk mendukung perkembangan ekonomi. Selain itu pendidikan juga sebagai alat pemersatu bangsa yang saat ini sedang diancam perpecahan. Melalui fungsi-fungsi pendidikan di atas yaitu fungsi sosial-kemanusiaan, fungsi politis, fungsi budaya, dan fungsi kependidikan maka negeri ini dapat disatukan kembali. Dari paparan di atas tampak bahwa pendidikan adalah wahana yang amat penting dan strategis untuk perkembangan ekonomi dan integrasi bangsa. Singkatnya pendidikan adalah sebagai investasi jangka panjang yang harus menjadi pilihan utama.
Bila demikian, ke arah mana pendidikan negeri ini harus dibawa? Bagaimana merencanakan sebuah sistem pendidikan yang baik? Marilah kita renungkan bersama
Oleh : Nurkholis
Sumber : Pendidikan.net
Pendidikan Anak Usia Dini - by E-Smart School
Pendidikan Anak Usia Dini atau disingkat PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu: Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa. Tujuan penyerta yaitu untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
Bentuk Satuan Pendidikan Anak Usia Dini
Menurut Pasal 28 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bentuk satuan pendidikan anak usia dini dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
Jalur Pendidikan Formal
Terdiri atas Taman Kanak-kanak dan Raudhatul Atfal. Taman Kanak-kanak dan Raudhatul Atfal dapat diikuti anak usia lima tahun keatas. Termasuk disini adalah Bustanul Atfal.
Jalur Pendidikan Nonformal
Terdiri atas Penitipan Anak, Kelompok Bermain dan Satuan PAUD Sejenis. Kelompok Bermain dapat diikuti anak usia dua tahun keatas, sedangkan Penitipan Anak dan Satuan PAUD Sejenis diikuti anak sejak lahir, atau usia tiga bulan.
Jalur Pendidikan Informal
Terdiri atas pendidikan yang diselenggarakan di keluarga dan di lingkungan. Ini menunjukkan bahwa pemerintah melindungi hak anak untuk mendapatkan layanan pendidikan, meskipun mereka tidak masuk ke lembaga pendidikan anak usia dini, baik formal maupun nonformal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu: Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa. Tujuan penyerta yaitu untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
Bentuk Satuan Pendidikan Anak Usia Dini
Menurut Pasal 28 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bentuk satuan pendidikan anak usia dini dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
Jalur Pendidikan Formal
Terdiri atas Taman Kanak-kanak dan Raudhatul Atfal. Taman Kanak-kanak dan Raudhatul Atfal dapat diikuti anak usia lima tahun keatas. Termasuk disini adalah Bustanul Atfal.
Jalur Pendidikan Nonformal
Terdiri atas Penitipan Anak, Kelompok Bermain dan Satuan PAUD Sejenis. Kelompok Bermain dapat diikuti anak usia dua tahun keatas, sedangkan Penitipan Anak dan Satuan PAUD Sejenis diikuti anak sejak lahir, atau usia tiga bulan.
Jalur Pendidikan Informal
Terdiri atas pendidikan yang diselenggarakan di keluarga dan di lingkungan. Ini menunjukkan bahwa pemerintah melindungi hak anak untuk mendapatkan layanan pendidikan, meskipun mereka tidak masuk ke lembaga pendidikan anak usia dini, baik formal maupun nonformal.
Perlukan anak ikut ekskul?
Seperti yang kita ketahui bahwa setiap manusia dikaruniai dengan minat dan bakat,tetapi hal itu menjadi mubadzir ketika minat dan bakat itu tidak terbina dengan baik dan tersalur sesuai dengan yang diharapkan. Tidak seperti Ilmu Pengetahuan yang setiap orang bisa mempelajari apabila mau maka bakat/talent tidak bisa dipelajari oleh setiap orang apabila tidak mempunyai talenta dalam suatu bidang. Di SMK Putra Bangsa Bontang harus Jujur Kita akui bahwa tidak semua siswa mampu menguasai bidang-bidang yang diajarkan di kelas padahal sebenarnya itulah yang seharusnya dijadikan bekal untuk mereka tentunya hal ini disebabkan oleh banyak Faktor, bisa jadi faktor interest, waktu belajar maupun gangguan-gangguan ketika mereka mau belajar sehingga kemampuan mereka terhadap bidang-bidang yang diajarkan dikelas menjadi tidak maksimal.
Karena hal tersebut maka sekolah merasa berkewajiban menyediakan sebuah wadah khusus bagi pengembangan minat dan bakat siswa pada bidang-bidang yang mereka sukai sehingga merekaisamengasah minat dan bakat mereka.
Kita bisa bayangkan bagaimana seandainya ada seorang siswa yang tidak terlalu pintar dalam akademik dan sekaligus pasive dalam kegiatan ekstra kurikuler,bagaimana jadinya ? sudah bodo nggak bisa olahraga,nggak tahu organisasi,main musik nol, karya ilmiah apalagi, kemudian lulus dengan nilai pas-pasan, apa yang akan mereka jadikan bekal setelah lulus!?. Berkaca dari hal tersebut maka Kegiatan ekstrakurikuler mutlak diperlukan walaupun tetap tidak melupakan kegiatan akademik, dengan harapan bahwa apabila mereka lulus nanti mereka belum bisa bersaing dengan kemampuan akademik, mereka bisa bersaing dalam bidang-bidang lain yang terlatih dalam kegiatan Ekstra, contohnya ketika seorang siswa menjadi pengurus OSIS maka mereka bisa diharapkan untuk menjadi seorang organisator yang handal apalagi apabila merka bisa menjadi seorang politisi yang baik. Dan banyak kejadian menarik ketika seseorang Melamar sebuah pekerjaan bukan nilai ijazah yang di pertanyakan tapi apakah anda bisa olah raga, apa pengalaman organisasi anda, pernahkah anda melakukan penelitian dan lain-lain dan lain-lain yang mungkin tidak ada hubungannya dengan pelajaran yang kita dapatkan dikelas.
Bisa kita katakan bahwa prestasi dalam kegiatan non akademik adalah sebuah nilai tambah yang sangan bernilai daripada hanya sekedar ajang untuk hura-hura dan mungkin kadang-kadang huru-hara. Terbukti dalam menangani sebuah acara atau program siswa yang aktif dalam kegiatan Ekstra sangat bisa diandalkan dan yang terpenting adalah mereka rela berkorban waktu dan tenaga terkadang juga korban perasaan,tapi yang perlu diiingat adalah mereka malakukan kegiatan dengan satu misi bersama yang jelas dan tidak ada yang mengedepankan kepentingan individu,satu misi yaitu mengangkat dan mengharumkan nama sekolah.Satu hal positif lainnya yaitu apabila sorang siswa aktif di kegiatan ekstra maka kesempatan mereka untuk berbuat hal-hal yang negatif diluar sekolah akan sangat berkurang karena energi mereka akan terkuras untuk kegiatan yang positif.
Masalahnya ?, terkadang siswa yang sudah asyik dengan kegiatan ekstrakurikuler lupa akan kewajiban pokoknya sebagai siswa yaitu belajar dikelas maka hal inilah yang perlu di carikan solusinya.Jangan sampai Kegiatan Ekstrakurikuler menjadi penyebab dari penurunan prestasi belajar atau dengan kata lain sekolah melambung tapi pelaku yang melambungkan nama sekolah malah nggak LULUS UNAS. Apalagi Tahun ini Pembina Kesiswaan telah mencangakan sebagai Tahun Peningkatan Prestasi dari Prestasi Lokal Menjadi Prestasi Regional terutama untuk bidang-bidang di Mana SMK Putra Bangsa Mempunyai Talenta-talenta yang sangat luar biasa bagus seperti Bola Volley, PMR maupun Karya Ilmiah. Kita Patut bersyukur bahwa dalam bidang-bidang tersebut kita mendapat Limpahan Talenta yang sangat banyak, tinggal nanti bagaimana mekanisme pembinaannya yang kita perbaiki sehingga mendapat hasil yang sangat maksimal, untukbidang-bidang lainnya juga harus kita tingkatkan lagi seperti Contemporer Dance yang sudah dikenal harus terus berusaha untuk berprestasi sampai Tingkat propisi minimal,sementara Utuk Tari Tradisional harus lebih rajin melakukan latihan sehingga bisa ikut dalam ajang-ajang Tari tingkat Lokal Maupun Regional.
Kesimpulannya adalah Kegiatan Ekstrakurikuler tidak bisa hanya dipandang sebelah mata sebagai pengisi waktu luang saja tapi harus juga disadari bahwa Kegiatan Esktra sama pentingnya dengan kegiatan intra, mungkin Kegiatan Ekstra tidak akan menentukan Kelulusan tapi setelah terjun langsung ke masyarakat dan persaingan dunia kerja barulah apa yang kita asah selama di sekolah akan menjadi faktor penentu yang tidak kecil pengaruhnya.
Oleh : Abdullah Ubaid
Karena hal tersebut maka sekolah merasa berkewajiban menyediakan sebuah wadah khusus bagi pengembangan minat dan bakat siswa pada bidang-bidang yang mereka sukai sehingga merekaisamengasah minat dan bakat mereka.
Kita bisa bayangkan bagaimana seandainya ada seorang siswa yang tidak terlalu pintar dalam akademik dan sekaligus pasive dalam kegiatan ekstra kurikuler,bagaimana jadinya ? sudah bodo nggak bisa olahraga,nggak tahu organisasi,main musik nol, karya ilmiah apalagi, kemudian lulus dengan nilai pas-pasan, apa yang akan mereka jadikan bekal setelah lulus!?. Berkaca dari hal tersebut maka Kegiatan ekstrakurikuler mutlak diperlukan walaupun tetap tidak melupakan kegiatan akademik, dengan harapan bahwa apabila mereka lulus nanti mereka belum bisa bersaing dengan kemampuan akademik, mereka bisa bersaing dalam bidang-bidang lain yang terlatih dalam kegiatan Ekstra, contohnya ketika seorang siswa menjadi pengurus OSIS maka mereka bisa diharapkan untuk menjadi seorang organisator yang handal apalagi apabila merka bisa menjadi seorang politisi yang baik. Dan banyak kejadian menarik ketika seseorang Melamar sebuah pekerjaan bukan nilai ijazah yang di pertanyakan tapi apakah anda bisa olah raga, apa pengalaman organisasi anda, pernahkah anda melakukan penelitian dan lain-lain dan lain-lain yang mungkin tidak ada hubungannya dengan pelajaran yang kita dapatkan dikelas.
Bisa kita katakan bahwa prestasi dalam kegiatan non akademik adalah sebuah nilai tambah yang sangan bernilai daripada hanya sekedar ajang untuk hura-hura dan mungkin kadang-kadang huru-hara. Terbukti dalam menangani sebuah acara atau program siswa yang aktif dalam kegiatan Ekstra sangat bisa diandalkan dan yang terpenting adalah mereka rela berkorban waktu dan tenaga terkadang juga korban perasaan,tapi yang perlu diiingat adalah mereka malakukan kegiatan dengan satu misi bersama yang jelas dan tidak ada yang mengedepankan kepentingan individu,satu misi yaitu mengangkat dan mengharumkan nama sekolah.Satu hal positif lainnya yaitu apabila sorang siswa aktif di kegiatan ekstra maka kesempatan mereka untuk berbuat hal-hal yang negatif diluar sekolah akan sangat berkurang karena energi mereka akan terkuras untuk kegiatan yang positif.
Masalahnya ?, terkadang siswa yang sudah asyik dengan kegiatan ekstrakurikuler lupa akan kewajiban pokoknya sebagai siswa yaitu belajar dikelas maka hal inilah yang perlu di carikan solusinya.Jangan sampai Kegiatan Ekstrakurikuler menjadi penyebab dari penurunan prestasi belajar atau dengan kata lain sekolah melambung tapi pelaku yang melambungkan nama sekolah malah nggak LULUS UNAS. Apalagi Tahun ini Pembina Kesiswaan telah mencangakan sebagai Tahun Peningkatan Prestasi dari Prestasi Lokal Menjadi Prestasi Regional terutama untuk bidang-bidang di Mana SMK Putra Bangsa Mempunyai Talenta-talenta yang sangat luar biasa bagus seperti Bola Volley, PMR maupun Karya Ilmiah. Kita Patut bersyukur bahwa dalam bidang-bidang tersebut kita mendapat Limpahan Talenta yang sangat banyak, tinggal nanti bagaimana mekanisme pembinaannya yang kita perbaiki sehingga mendapat hasil yang sangat maksimal, untukbidang-bidang lainnya juga harus kita tingkatkan lagi seperti Contemporer Dance yang sudah dikenal harus terus berusaha untuk berprestasi sampai Tingkat propisi minimal,sementara Utuk Tari Tradisional harus lebih rajin melakukan latihan sehingga bisa ikut dalam ajang-ajang Tari tingkat Lokal Maupun Regional.
Kesimpulannya adalah Kegiatan Ekstrakurikuler tidak bisa hanya dipandang sebelah mata sebagai pengisi waktu luang saja tapi harus juga disadari bahwa Kegiatan Esktra sama pentingnya dengan kegiatan intra, mungkin Kegiatan Ekstra tidak akan menentukan Kelulusan tapi setelah terjun langsung ke masyarakat dan persaingan dunia kerja barulah apa yang kita asah selama di sekolah akan menjadi faktor penentu yang tidak kecil pengaruhnya.
Oleh : Abdullah Ubaid
Memilih Sekolah Berstandar Internasional
Berita Seputar Pendidikan
Pendidikan Dasar
Pendidikan
Menengah
Umum
YANG HARUS DIKETAHUI SEBELUM MEMILIH SBI
Kesadaran masyarakat kita akan pendidikan yang bermutu semakin tinggi. Ini bisa kita lihat dari banyaknya peminat Sekolah Berstandar Internasional yang pertumbuhannya berkembang pesat akhir - akhir ini. Minat masyarakat pada sekolah semacam ini ditengarai karena label “Internasional” yang disandangnya. Terdapat anggapan bahwa segala sesuatu yang berlabel internasional, pasti bermutu. Itulah sebab mengapa banyak pelajar kita yang belajar di luar negeri. Itu juga yang menjadi sebab mengapa masyarakat kita cenderung memilih produk yang bermerek internasional ketimbang produk asli dalam negeri. Kita bisa memahami jika pilihan yang diambil benar – benar berdasarkan alasan mutu. Tapi bagaimana jika pilihan itu diambil hanya karena prakonsepsi atas kata “internasional”?
Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Depdiknas, Suyanto, dalam Workshop Program Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) dan Sekolah Standar Nasional (SSN) di Sekolah Dasar, mengatakan bahwa Sekolah Berstandar Internasional yang bermutu adalah sekolah yang memiliki proses belajar mengajar yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, serta pro perubahan, yaitu proses belajar mengajar yang menekankan pengembangan daya kreasi, inovasi, dan eksperimentasi untuk menemukan kemungkinanan-kemungkinan atau ide-ide baru yang belum pernah ada (www.sinarharapan.co.id). Masih menurut Suyanto, Sekolah Berstandar Internasional diharapkan dapat meluluskan siswa – siswa yang mampu bersaing di dunia internasional. Untuk itu, penguasaan bahasa internasional (bahasa Inggris) dan penguasaan teknologi komunikasi informasi merupakan target utama yang harus dimiliki oleh lulusan sebuah Sekolah Berstandar Internasional.
Jika apa yang diungkapkan oleh Suyanto di atas benar – benar bisa diimplementasikan dalam penyelenggaraan Sekolah Berstandar Internasional, kita patut berlega hati karena tidak lama lagi pendidikan Indonesia akan mendapatkan pengakuan dari dunia internasional. Akan tetapi, kenyataan yang berlaku di lapangan belum tentu demikian. Maka, sebelum kita memutuskan untuk memilih Sekolah Berstandar Internasional, kita perlu meneliti dengan cermat apakah sekolah yang akan kita masuki itu benar – benar layak untuk menyandang predikat “Berstandar Internasional” atau tidak.
Bukannya kita skeptis dengan banyaknya sekolah yang mengklaim dirinya sebagai Sekolah Berstandar Internasional. Tapi tingginya biaya yang harus kita keluarkan untuk bersekolah di sekolah semacam ini harus kita jadikan bahan pertimbangan. Apakah uang yang kita bayarkan sebanding dengan mutu pendidikan yang ditawarkan?. Jangan sampai kita mengeluarkan banyak uang untuk sebuah sekolah yang sebenarnya tidak jauh beda dengan sekolah – sekolah nasional pada umumnya.
Untuk alasan itu, penulis merangkum beberapa kriteria yang seharusnya dimiliki oleh sebuah Sekolah Berstandar Internasional. Penulis berharap bahwa kriteria yang ditulis dalam artikel ini dapat menjadi panduan bagi kita untuk memilih Sekolah yang benar – benar Berstandar Internasional.
Kriteria Pertama; Kurikulum yang diterapkan. Karena berstandar internasional, tentu saja kurikulum yang diterapkan juga kurikulum internasional seperti International General Certificate of Secondary Education (IGCSE). Sekolah Berstandar Internasional yang ada di kecamatan Gemolong, Sragen, misalnya. Sekolah di Sragen ini bekerja sama dengan Pacific Countries Social and Economic Solidarity Association (Pasiad) untuk penyelenggaraan pendidikannya (www.kompas.com). Jika sebuah sekolah mengklaim sebagai sekolah Berstandar Internasional tetapi kurikulum yang dipakai adalah kurikulum yang biasa – biasa saja, kita harus menyangsikan keabsahan sekolah ini.
Kriteria Kedua; Guru yang Mengajar di Sekolah itu. Betapapun hebatnya kurikulum yang dipakai, jika guru tidak bisa menerapkan kurikulum itu dengan sebaik – baiknya, tentu hasilnya akan sama saja. Guru yang mengajar di Sekolah Berstandar Internasional harus terlebih dulu mendapatkan pelatihan – pelatihan untuk menerapkan kurikulum standar internasional. Dan, dalam proses mengajar, guru juga harus selalu dimonitor agar tetap sesuai dengan standar internasional. Jika mekanisme pengawasan ini tidak berjalan, bisa dipastikan bahwa tiap guru akan mengajar sesuai dengan keinginannya sendiri. Disamping itu, tiap guru yang mengajar di Sekolah Berstandar Internasional sudah barang tentu harus mampu menggunakan bahasa Inggris secara aktif. Untuk yang terakhir ini, sepertinya cukup berat untuk dipenuhi. Jangankan guru – guru yang tidak mengajar bahasa Inggris. Guru – guru yang mengajar bahasa Inggris pun secara mayoritas belum bisa memenuhi kriteria ini. Terlebih lagi banyak guru – guru yang sudah cukup berumur. Yang secara umum sudah tidak lagi melakukan update atas ilmu mereka. Untuk itu banyak sekolah yang kemudian mengimpor guru dari luar negeri agar kriteria ini dapat terpenuhi.
Kriteria Ketiga; Fasilitas Sekolah. Sekolah Berstandar Internasional harus memiliki fasilitas lengkap meliputi ruang kelas, ruang observasi, laboratorium bahasa, lab matematika, laboratorium IPA dan Komputer, ruang perpustakaan, ruang ketrampilan, ruang kesenian serta fasilitas olahraga.
Kriteria Keempat; Memiliki Sertifikat dari International Standard Organization (ISO). Sekolah yang berhak menyandang Sekolah Berstandar Internasional adalah sekolah yang telah mendapatkan sertifikat ISO 99 dan 2000.
Kriteria Kelima; Memiliki Kerja Sama dengan Kalangan Dunia Usaha di Dalam dan di Luar Negeri serta Memiliki Program-Program Unggulan. Kriteria ini adalah untuk sekolah – sekolah kejuruan yang berstandar internasional. SMK berstandar internasional harus memiliki kerja sama dengan dunia usaha di luar negeri karena tujuan dari didirikannya Sekolah Berstandar Internasional adalah agar lulusannya dapat bersaing dengan lulusan dari luar negeri. Program – program unggulan dimaksudkan agar para siswa dapat memilih sekolah yang sesuai dengan minat dan bakatnya masing – masing. Contoh untuk yang berikut ini bisa kita lihat dari SMK – SMK yang ada di Surabaya.
SMK Negeri 1 Surabaya memiliki keunggulan di bidang teknologi informasi, SMK Negeri 5 Surabaya memiliki keunggulan di bidang mekanik otomatif, SMK Negeri 11 Surabaya memiliki program unggulan animasi, SMK Negeri 6 memiliki program unggulan akomodasi perhotelan, SMK Negeri 10 menjalin kerja sama dengan dunia pariwisata di Thailand dan SMK Negeri 8 memiliki kerja sama dengan Malaysia dalam program unggulan kecantikan (www.tempointeraktif.com)
Menurut hemat penulis, kelima kriteria di atas sudah cukup untuk mengukur “ke-internasional-an” dari sebuah SBI. Jika anda menemukan kriteria – kriteria itu dari sebuah Sekolah Berstandar Internasional, anda baru boleh percaya bahwa sekolah itu memang benar – benar telah sesuai dengan yang anda harapkan. Bahwa uang yang anda keluarkan sebanding dengan apa yang anda dapatkan.
Kita percaya bahwa dari sekian Sekolah Berstandar Internasional yang ada pasti ada yang benar – benar memberikan standar internasional. Tapi kita juga yakin bahwa ada juga sekolah yang “Berstandar Internasional” tapi sebenarnya belum layak menyandang predikat itu. Selain kita harus jeli dalam memilih, kita berharap bahwa Pemerintah segera memberlakukan regulasi yang ketat dalam mengatur maraknya Sekolah Berstandar Internasional. Dengan begitu, mudah – mudahan tidak ada lagi orang yang merasa ditipu oleh sekolah yang memakai label “Berstandar Internasional”.
http://akumukita.blogspot.com/2008/09/artikel-pendidikan-yang-harus-anda.html
Jadikan komputer sahabat anak - by E-Smart school
Jadikan Komputer Sahabat Anak
Zaman memang sudah bergulir. Seiring pergerakan jaman, tentunya kecanggihan teknologi seperti komputer sudah bukan barang mewah lagi. Bahkan melihat anak berumur 5 tahun demikian lancarnya bermain komputer sudah bukan penampakan aneh lagi. Bisa jadi malahan si buyung dan upik di rumah juga sudah lebih paham klak-klik mouse komputer dibandingkan Anda.
Komputer seakan menjadi 2 sisi mata uang yang total berbeda. Di satu sisi benda ini bisa membanjiri anak Anda dengan tambahan pengetahuan segudang, tapi di sisi lain, bahwa ia akan lebih asyik main komputer dibanding bergaul dengan teman seumurannya juga menjadi kekuatiran yang Anda simpan. Ketergantungan akan benda satu ini juga bisa menjadi masalah tersendiri.
Tasya (4) yang baru belajar mengenal komputer, sudah asyik menjajal program pendidikan dalam mengenal warna dan bentuk, sementara Rafi kini pintar matematika lantaran sering berlatih dengan bantuan komputer. Sedangkan di sisi lain, Dino (6 tahun) kini lebih sukai bergaul dengan komputer daripada dengan teman-temannya. Ia bahkan bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk bermain games dan jadi malas sekolah.
Kemunculan teknologi komputer sendiri sesungguhnya bersifat netral. Pengaruh positif atau negatif yang bisa muncul dari alat ini tentu saja lebih banyak tergantung dari pemanfaatannya. Bila anak-anak dibiarkan menggunakan komputer secara sembarangan, pengaruhnya bisa jadi negatif. Sebaliknya, komputer akan memberikan pengaruh positif bila digunakan dengan bijaksana, yaitu membantu pengembangan intelektual dan motorik anak.
Pemagaran komputer
Sebenarnya kata pemagaran ini hanya sebagai ungkapan agar orang tua bisa membimbing anak memanfaatkan komputer tanpa harus membuat si anak terkena imbas negatifnya.
Yang harus dicermati mungkin adalah konsumsi games dan internet. Berbagai variasi games komputer kadang luput dari pengawasan orang tua. Padahal kadang games cukup sarat dengan unsur kekerasan dan agresivitas. Banyak pakar pendidikan mensinyalir bahwa games beraroma kekerasan dan agresi ini adalah pemicu munculnya perilaku-perilaku agresif dan sadistis pada diri anak. Untuk internet, mungkin ini menjadi masalah bagi buah hati Anda yang sudah beranjak semakin besar. Akses internet sesungguhnya merupakan suatu awal yang baik bagi pengembangan wawasan anak. Sayangnya, anak juga terancam dengan banyaknya informasi buruk yang membanjiri internet, seperti materi bermuatan seks dan kekerasan yang dijajakan secara terbuka dan tanpa penghalang.
Bahaya Kecanduan
Perlu diperhatikan juga, tidak hanya obat-obatan yang bisa mengakibatkan kecanduan, karena komputer pun bisa melakukan hal yang sama pada buah hati Anda. Pengaruh negatif kecanduan bermain komputer ini memicu anak menjadi malas menulis, menggambar atau pun melakukan aktivitas sosial. Lalu apa yang seharusnya Anda lakukan sebagai orang tua agar komputer tetap bisa bersahabat dan bukan menjadi musuh bagi anak? Perhatikan hal berikut..
Tegas
Kecanduan bermain komputer bisa terjadi terutama karena sejak awal orangtua tidak membuat aturan bermain komputer. Buatlah kesepakatan dengan anak mengenai waktu bermain komputer. Misalnya, anak boleh bermain komputer sepulang sekolah setelah selesai mengerjakan PR hanya selama satu jam. Waktu yang lebih longgar dapat diberikan pada hari libur.
Kesempatan
Berikan kesempatan pada anak untuk belajar dan berinteraksi dengan komputer sejak dini. Apalagi mengingat penggunaan komputer adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari pada saat ini dan masa yang akan datang.
Awas Efek
Cahaya yang terlalu terang dan jarak pandangan terlalu dekat dapat mengganggu indera penglihatan anak. Awasi hal ini untuk mencegah terganggunya fungsi indera buah hati Anda.
Selektif
Pilihlah software tertentu yang memang ditujukan untuk anak-anak. Sesuaikan selalu dengan usia dan kemampuan anak.
Safety
Harus aman. Perhatikan keamanan anak saat bermain komputer dari bahaya tegangan listrik. Jangan sampai terjadi konsleting atau kemungkinan kesetrum terkena bagian tertentu dari badan CPU komputer.
Kenyamanan
Berikan meja atau kursi komputer yang ergonomis dan sesuai dengan bentuk serta ukuran tubuh anak. Buat buah hati Anda sedemikian halnya nyaman. Bentuk property yang tidak ergonomis bisa berpengaruh buruk pada perkembangan anatomi bentuk tubuh si anak.
Sosialisasi
Jangan sampai karena terlalu asik bermain komputer, anak Anda jadi lupa bergaul dengan teman-teman sepantarannya. Tanamkan padanya bahwa komputer bukanlah satu-satunya aktivitas menyenangkan yang bisa dilakukan karena bermain dan sosialisasi dengan teman-teman juga tidak kalah menariknya.
Zaman memang sudah bergulir. Seiring pergerakan jaman, tentunya kecanggihan teknologi seperti komputer sudah bukan barang mewah lagi. Bahkan melihat anak berumur 5 tahun demikian lancarnya bermain komputer sudah bukan penampakan aneh lagi. Bisa jadi malahan si buyung dan upik di rumah juga sudah lebih paham klak-klik mouse komputer dibandingkan Anda.
Komputer seakan menjadi 2 sisi mata uang yang total berbeda. Di satu sisi benda ini bisa membanjiri anak Anda dengan tambahan pengetahuan segudang, tapi di sisi lain, bahwa ia akan lebih asyik main komputer dibanding bergaul dengan teman seumurannya juga menjadi kekuatiran yang Anda simpan. Ketergantungan akan benda satu ini juga bisa menjadi masalah tersendiri.
Tasya (4) yang baru belajar mengenal komputer, sudah asyik menjajal program pendidikan dalam mengenal warna dan bentuk, sementara Rafi kini pintar matematika lantaran sering berlatih dengan bantuan komputer. Sedangkan di sisi lain, Dino (6 tahun) kini lebih sukai bergaul dengan komputer daripada dengan teman-temannya. Ia bahkan bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk bermain games dan jadi malas sekolah.
Kemunculan teknologi komputer sendiri sesungguhnya bersifat netral. Pengaruh positif atau negatif yang bisa muncul dari alat ini tentu saja lebih banyak tergantung dari pemanfaatannya. Bila anak-anak dibiarkan menggunakan komputer secara sembarangan, pengaruhnya bisa jadi negatif. Sebaliknya, komputer akan memberikan pengaruh positif bila digunakan dengan bijaksana, yaitu membantu pengembangan intelektual dan motorik anak.
Pemagaran komputer
Sebenarnya kata pemagaran ini hanya sebagai ungkapan agar orang tua bisa membimbing anak memanfaatkan komputer tanpa harus membuat si anak terkena imbas negatifnya.
Yang harus dicermati mungkin adalah konsumsi games dan internet. Berbagai variasi games komputer kadang luput dari pengawasan orang tua. Padahal kadang games cukup sarat dengan unsur kekerasan dan agresivitas. Banyak pakar pendidikan mensinyalir bahwa games beraroma kekerasan dan agresi ini adalah pemicu munculnya perilaku-perilaku agresif dan sadistis pada diri anak. Untuk internet, mungkin ini menjadi masalah bagi buah hati Anda yang sudah beranjak semakin besar. Akses internet sesungguhnya merupakan suatu awal yang baik bagi pengembangan wawasan anak. Sayangnya, anak juga terancam dengan banyaknya informasi buruk yang membanjiri internet, seperti materi bermuatan seks dan kekerasan yang dijajakan secara terbuka dan tanpa penghalang.
Bahaya Kecanduan
Perlu diperhatikan juga, tidak hanya obat-obatan yang bisa mengakibatkan kecanduan, karena komputer pun bisa melakukan hal yang sama pada buah hati Anda. Pengaruh negatif kecanduan bermain komputer ini memicu anak menjadi malas menulis, menggambar atau pun melakukan aktivitas sosial. Lalu apa yang seharusnya Anda lakukan sebagai orang tua agar komputer tetap bisa bersahabat dan bukan menjadi musuh bagi anak? Perhatikan hal berikut..
Tegas
Kecanduan bermain komputer bisa terjadi terutama karena sejak awal orangtua tidak membuat aturan bermain komputer. Buatlah kesepakatan dengan anak mengenai waktu bermain komputer. Misalnya, anak boleh bermain komputer sepulang sekolah setelah selesai mengerjakan PR hanya selama satu jam. Waktu yang lebih longgar dapat diberikan pada hari libur.
Kesempatan
Berikan kesempatan pada anak untuk belajar dan berinteraksi dengan komputer sejak dini. Apalagi mengingat penggunaan komputer adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari pada saat ini dan masa yang akan datang.
Awas Efek
Cahaya yang terlalu terang dan jarak pandangan terlalu dekat dapat mengganggu indera penglihatan anak. Awasi hal ini untuk mencegah terganggunya fungsi indera buah hati Anda.
Selektif
Pilihlah software tertentu yang memang ditujukan untuk anak-anak. Sesuaikan selalu dengan usia dan kemampuan anak.
Safety
Harus aman. Perhatikan keamanan anak saat bermain komputer dari bahaya tegangan listrik. Jangan sampai terjadi konsleting atau kemungkinan kesetrum terkena bagian tertentu dari badan CPU komputer.
Kenyamanan
Berikan meja atau kursi komputer yang ergonomis dan sesuai dengan bentuk serta ukuran tubuh anak. Buat buah hati Anda sedemikian halnya nyaman. Bentuk property yang tidak ergonomis bisa berpengaruh buruk pada perkembangan anatomi bentuk tubuh si anak.
Sosialisasi
Jangan sampai karena terlalu asik bermain komputer, anak Anda jadi lupa bergaul dengan teman-teman sepantarannya. Tanamkan padanya bahwa komputer bukanlah satu-satunya aktivitas menyenangkan yang bisa dilakukan karena bermain dan sosialisasi dengan teman-teman juga tidak kalah menariknya.
Kamis, 15 Januari 2009
Fasilitas
1. Ruang belajar yang menarik dan ber- AC.
2. Taman bermain outdoor.
3. Tempat bermain indoor.
4. Kolam renang.
6. Berbagai macam alat permainan & alat peraga edukatif yang dapat merangsang ketertarikan anak-anak untuk belajar.
7. Guru-guru lokal yang berkompeten.
8. Guru penutur asli dari Tiongkok.
9. Lingkungan sekolahan yang didesain dengan gambar yang menarik.
10. Ruang komputer ber - AC.
11. Ruang audio visual untuk anak-anak berlatih menyanyi.
Rancangan Pengajaran
A. DEFINISI PLAYGROUP & TK
Playgroup/ kelompok bermain, adalah sebuah kelompok yang terdiri dari anak-anak usia 2-6 tahun. Sesuai dengan namanya , maka playgroup & TK harus dilengkapi dengan berbagai fasilitas bermain anak dan suasana yang menyenangkan bagi anak. Fasilitas bermain yang dimaksud contohnya: permainan seluncuran, sepeda, serta permainan di dalam ruangan. Sedangkan yang dimaksud dengan suasana menyenangkan, contohnya, hiasan lukisan di sepanjang tembok sekolah, hiasan dekoratif di dalam ruang kelas,
Playgroup&TK juga merupakan tempat bagi anak untuk mengenal lingkungan lain, selain lingkungan keluarganya. Oleh karena itu, playgroup&TK dapat menjadi tempat anak untuk mendapatkan aktivitas dan pengalaman tambahan untuk menunjang stimulasi yang sudah diberikan di rumah, sebagai tempat untuk belajar bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya, selain itu juga dapat menjadi tempat untuk melatih anak mendengarkan dan mematuhi orang lain selain orang tuanya, dalam hal ini orang tersebut adalah guru.
Mengingat bahwa pendidikan yang utama dan pertama sebenarnya adalah pendidikan keluarga, maka peran orang tua sangatlah penting. Selain proses belajar yang dilakukan di sekolah, maka diharapkan peranan orang tua untuk memberikan stimulasi dan proses pembelajaran kepada anak di rumah secara terus menerus. Dengan adanya kesinambungan antara pendidikan di rumah dan pendidikan di sekolah, diharapkan tercapainya perkembangan anak secara optimal.
Playgroup/ kelompok bermain, adalah sebuah kelompok yang terdiri dari anak-anak usia 2-6 tahun. Sesuai dengan namanya , maka playgroup & TK harus dilengkapi dengan berbagai fasilitas bermain anak dan suasana yang menyenangkan bagi anak. Fasilitas bermain yang dimaksud contohnya: permainan seluncuran, sepeda, serta permainan di dalam ruangan. Sedangkan yang dimaksud dengan suasana menyenangkan, contohnya, hiasan lukisan di sepanjang tembok sekolah, hiasan dekoratif di dalam ruang kelas,
Playgroup&TK juga merupakan tempat bagi anak untuk mengenal lingkungan lain, selain lingkungan keluarganya. Oleh karena itu, playgroup&TK dapat menjadi tempat anak untuk mendapatkan aktivitas dan pengalaman tambahan untuk menunjang stimulasi yang sudah diberikan di rumah, sebagai tempat untuk belajar bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya, selain itu juga dapat menjadi tempat untuk melatih anak mendengarkan dan mematuhi orang lain selain orang tuanya, dalam hal ini orang tersebut adalah guru.
Mengingat bahwa pendidikan yang utama dan pertama sebenarnya adalah pendidikan keluarga, maka peran orang tua sangatlah penting. Selain proses belajar yang dilakukan di sekolah, maka diharapkan peranan orang tua untuk memberikan stimulasi dan proses pembelajaran kepada anak di rumah secara terus menerus. Dengan adanya kesinambungan antara pendidikan di rumah dan pendidikan di sekolah, diharapkan tercapainya perkembangan anak secara optimal.
B. ASPEK PERKEMBANGAN ANAK
Perkembangan otak anak pada tahun-tahun awal pertumbuhannya sangatlah pesat. Dalam 2 tahun pertama kehidupannya sel-sel otak tumbuh sangat cepat, pertumbuhan ini disebut “brain growth spurt”. Sedangkan sampai dengan umur 5 tahun perkembangan otak anak sudah mencapai 80%. Kesempatan emas ini harus digunakan untuk menstimulasi otak anak agar pertumbuhan otak anak bisa optimal.
Minat dan permainan anak terkait dengan perkembangan kemampuannya. Seiring dengan bertambahnya usia perkembangan fisik dan kemampuan bahasa anak juga akan berkembang, sehingga semakin beraneka ragam aktivitas yang dapat dilakukan oleh anak. Lingkungan sekitar anak juga memegang peranan penting dalam mendukung perkembangan anak. Lingkungan sekitar anak bisa merancang jenis permainan tertentu untuk menstimulasi perkembangan anak. Untuk setiap tahap perkembangan anak perlu digunakan strategi tertentu apa yang paling penting diajarkan atau ditanamkan pada usia tersebut.
Berbicara mengenai perkembangan anak, sebenarnya ada banyak aspek dari perkembangan anak, namun yang utama ada enam dimensi, antara lain:
1. Perkembangan moral dan nilai-nilai agama
Perkembangan moral adalah kemampuan anak untuk melakukan ibadah, mengenal dan percaya akan ciptaan Tuhan dan mencintai.
2. Perkembangan Sosial-Emosional dan Kemandirian
Perkembangan Sosial-Emosional adalah kemampuan mengenal lingkungan alam, lingkungan sosial, peranan masyarakat dan menghargai keragaman sosial dan budaya, serta mampu mengembangkan konsep diri, sikap positif terhadap belajar, kontrol diri dan rasa memiliki.
3. Perkembangan bahasa
Perkembangan bahasa adalah kemampuan menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif dan dapat berkomunikasi secara efektif yang bermanfaat untuk berpikir dan belajar.
4. Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif adalah kemampuan berpikir logis, kritis, memberi alasan, memecahkan masalah dan menemukan hubungan sebab akibat.
5. Perkembangan fisik/motorik
Perkembangan fisik adalah, kemampuan mengelola dan ketrampilan tubuh, termasuk gerakan-gerakan yang mengontrol gerakan tubuh, gerakan halus, dan gerakan kasar, serta menerima rangsangan sensorik (panca indra)
6. Perkembangan seni
Perkembangan seni adalah kemampuan kepekaan terhadap irama, nada, birama, berbagai bunyi, bertepuk tangan, menciptakan sesuatu berdasarkan hasil imajinasinya, serta dapat menghargai hasil karya yang kreatif.
C. CARA BELAJAR ANAK
Anak kecil mengumpulkan informasi dengan sarana fisik seperti bergerak, menyentuh, mencicipi, melihat, mendengar, dan membaui. Semakin banyak anak menggunakan indera dalam beraktivitas, semakin besar kemungkinan anak untuk mengingat informasi. Setelah mereka mendapatkan banyak informasi, pelan-pelan mereka akan memproses informasi tersebut. Mereka akan mencoba menghubungkan segala sesuatu dan mencapai kesimpulan.
Anak-anak mempunyai perilaku khas yang merupakan ciri energi anak. Hal tersebut meliputi ; rasa ingin tahu, kreativitas, daya khayal, antusiasme, penasaran, keheranan, keinginan untuk menemukan sesuatu yang baru, dan/atau keinginan untuk mencoba yang baru. Itu semua merupakan modal anak untuk belajar pada tahun-tahun awal mereka.
D. RANCANGAN PENGAJARAN
Dalam menyusun rancangan pengajaran SEKOLAH RUKUN HARAPAN, didasarkan pada aspek perkembangan anak, yaitu pengembangan moral&nilai-nilai agama,sosial, emosional&kemandirian, bahasa, kognitif, fisik/motorik, seni. Memang, tujuan awal sekolah ini berdiri adalah untuk pengembangan aspek bahasa, terutama bahasa Mandarin, namun sekolah ini tetap ingin menjadi wadah yang membuat seluruh aspek anak dapat berkembang. Dengan kata lain, untuk di playgroup RUKUN HARAPAN ini , ada penekanan pada aspek bahasa Mandarin, tetapi tetap memperhatikan dan memberikan stimulasi pada aspek perkembangan anak yang lainnya, contoh-contohnya antara lain:
• Dalam pengembangan moral misalnya, anak dibiasakan berdoa sebelum memulai kegiatan, mengucap salam, bersikap menyayangi teman, dll.
• Dalam pengembangan sosial-emosional misalnya guru melatih anak supaya mau berbagi mainan, membiasakan anak antri, membiasakan anak untuk mengikuti rutinitas di kelas, dll.
• Dalam pengembangan bahasa misalnya, sekolah mengenalkan anak pada bahasa Inggris, selain itu bahasa Indonesia tetap digunakan sebagai alat komunikasi pada anak untuk tujuan penegakkan peraturan, nasehat, penjelasan dalam pelajaran, dll.
• Dalam pengembangan fisik, guru memberikan kegiatan yang melatih motorik kasar dan motorik halus, contohnya dengan olahraga, bermain bola, bermain papan titian, merangkak ,berlatih melipat kertas, dll.
• Dalam pengembangan kognitif, misalnya guru memberikan permainan untuk mengelompokkan warna, mencari kejanggalan pada gambar, mengenalkan bentuk geometris dan konsep angka, dll.
• Dalam pengembangan seni, guru memberikan kegiatan melukis dengan jari,membuat kolase, mengajak anak bernyanyi sambil menari, bertepuk tangan sesuai dengan irama, dll
Untuk menyederhanakan ruang lingkup rancangan pengajaran, maka 6 aspek pengembangan tadi dibagi menjadi 2 bidang, yatu:
1. Bidang Pengembangan Pembentukan Perilaku melalui Pembiasaan
Pembentukan perilaku melalui pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus, dan ada dalam kehidupan sehari-hari anak, sehingga menjadi kebiasaan yang baik. Yang termasuk dalam bidang ini adalah Pengembangan Moral & Nilai-nilai Agama serta Pengembangan Sosial-Emosional & Kemandirian.
2. Bidang Pengembangan Kemampuan Dasar
Pengembangan kemampuan dasar merupakan kegiatan yang dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreatifitas sesuai dengan tahap perkembangan anak. Yang termasuk dalam bidang ini adalah Pengembangan Bahasa, Pengembangan Kognitif, Pengembangan Fisik/Motorik, dan Pengembangan Seni
Update - SD Tiga Bahasa RUKUN HARAPAN
Untuk kesinambungan pendidikan tiga bahasa yang sudah dirintis sejak tingkat Playgroup sampai TK, maka Yayasan Pendidikan RUKUN HARAPAN akan mendirikan SD Tiga Bahasa RUKUN HARAPAN pada tahun ajaran 2009 – 2010 yang dimulai dari kelas 1 SD. Adapun materi pembelajaran yang diberikan sesuai dengan kurikulum Nasional dengan muatan lokal yang dapat memberikan bekal lebih untuk anak-anak, antara lain : Bahasa Inggris, Bahasa Tionghoa, Komputer, dan kegiatan lain yang diarahkan untuk mengasah minat dan bakat anak.
Dengan adanya muatan lokal tersebut, diharapkan anak dapat terasah talentanya dan memiliki dasar untuk penguasaan bahasa asing, sehingga di masa yang akan datang mereka mampu berkompetisi untuk menghadapi tantangan global.
Dengan adanya muatan lokal tersebut, diharapkan anak dapat terasah talentanya dan memiliki dasar untuk penguasaan bahasa asing, sehingga di masa yang akan datang mereka mampu berkompetisi untuk menghadapi tantangan global.
Tujuan Sekolah
Tujuan Sekolah Nasional Tiga Bahasa RUKUN HARAPAN dijabarkan dalam VISI dan MISI adalah, sebagai berikut:
1. Mengembangkan dan mewujudkan sumber daya manusia Indonesia yang cerdas sesuai dengan pasal yang digariskan dalam UUD 1945.
2. Untuk membantu pemerintah dalam mempersiapkan pendidikan anak Indonesia terutama pada usia balita, dalam usaha mempersiapkan anak yang cerdas dengan mutu pendidikan bertaraf Internasional
3. Menyelenggarakan pendidikan awal anak yang cerdas untuk menyongsong masa depan yang gemilang melalui pendidikan aktif dan kreatif
4. Mengembangkan dan mempersiapkan anak melalui pendidikan secara fisik, sosial, emosional untuk memastikan jenjang pendidikan lebih lanjut.
1. Mengembangkan dan mewujudkan sumber daya manusia Indonesia yang cerdas sesuai dengan pasal yang digariskan dalam UUD 1945.
2. Untuk membantu pemerintah dalam mempersiapkan pendidikan anak Indonesia terutama pada usia balita, dalam usaha mempersiapkan anak yang cerdas dengan mutu pendidikan bertaraf Internasional
3. Menyelenggarakan pendidikan awal anak yang cerdas untuk menyongsong masa depan yang gemilang melalui pendidikan aktif dan kreatif
4. Mengembangkan dan mempersiapkan anak melalui pendidikan secara fisik, sosial, emosional untuk memastikan jenjang pendidikan lebih lanjut.
Latar Belakang Pembentukan Sekolah
Sebenarnya ada 2 faktor pendorong awal berdirinya sekolah ini, yaitu: kesadaran bertambah pentingnya peranan bahasa Mandarin di dunia dan adanya hasil penelitian mengenai perkembangan anak, bahwa dalam tahun-tahun pertama dalam kehidupannya, mereka memiliki kemudahan untuk belajar bahasa melalui stimulasi dari lingkungannya.
Seperti kita ketahui Tiongkok adalah Negara besar yang kemajuan pertumbuhan ekonomi dan industrinya begitu luar biasa. Ditunjang dengan jumlah penduduk yang terbanyak di dunia, maka peranan Tiongkok dalam dunia global sudah semakin penting Dengan demikian Bahasa Nasional yang mereka gunakan juga akan semakin penting peranannya untuk menjadi Bahasa Internasional, di luar bahasa Inggris.
Tetapi untuk mempelajari bahasa Mandarin bukanlah hal yang mudah, karena bahasa Mandarin adalah bahasa yang unik, ia tidak mengenal abjad seperti bahasa Inggris ataupun Indonesia, setiap benda dilambangkan dengan symbol karakter huruf yang berbeda. Selain itu dalam pengucapannya juga harus mengikuti cara-cara yang telah ditetapkan.
Didasarkan pada penelitian perkembangan anak, bahwa pada usia awal kehidupannya mereka memiliki kemudahan untuk belajar bahasa asing, selain bahasa ibunya, maka didirikanlah Playgroup, TK, dan SD 3 Bahasa Rukun Harapan ini sebagai sarana bagi anak-anak untuk dapat mempelajari bahasa Mandarin.
Sebagai sekolah swasta yang dikelola oleh Yayasan Pendidikan Rukun Harapan, Sekolah Nasional Playgroup, TK dan SD RUKUN HARAPAN adalah lembaga pendidikan formal yang menyelenggarakan usaha pendidikan dan pengajaran yang bernaung di bawah pengaturan pemerintah ( Departemen Pendidikan ) dan memiliki ciri khas, yaitu dengan memasukkan Bahasa asing, yaitu Bahasa Mandarin dan Bahasa Inggris ke dalam aspek pengembangan bahasanya, dengan demikian sekolah ini disebut dengan SEKOLAH NASIONAL TIGA BAHASA ( Bahasa Indonesia, Bahasa Mandarin, dan Bahasa Inggris). Demikian pula dengan pembelajaran mengenai nilai-nilai agama, untuk tingkat Palygroup dan TK , sekolah mengajarkan nilai agama secara umum, kelak di tingkat selanjutnya baru diadakan pembelajaran agama secara khusus sesuai dengan agama yang dianut oleh siswa didik.
Playgroup, TK, dan SD Rukun Harapan merupakan sekolah Nasional yang resmi bernaung dibawah Departemen Pendidikan Nasional, sehingga memiliki fungsi seperti yang digariskan pemerintah, yaitu:
• Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak
• Mengenalkan anak dengan dunia sekitar
• Menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik
• Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi.
• Mengembangkan ketrampilan, kreativitas dan kemampuan yang dimiliki anak
Menyiapkan anak untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih lanjut.
Seperti kita ketahui Tiongkok adalah Negara besar yang kemajuan pertumbuhan ekonomi dan industrinya begitu luar biasa. Ditunjang dengan jumlah penduduk yang terbanyak di dunia, maka peranan Tiongkok dalam dunia global sudah semakin penting Dengan demikian Bahasa Nasional yang mereka gunakan juga akan semakin penting peranannya untuk menjadi Bahasa Internasional, di luar bahasa Inggris.
Tetapi untuk mempelajari bahasa Mandarin bukanlah hal yang mudah, karena bahasa Mandarin adalah bahasa yang unik, ia tidak mengenal abjad seperti bahasa Inggris ataupun Indonesia, setiap benda dilambangkan dengan symbol karakter huruf yang berbeda. Selain itu dalam pengucapannya juga harus mengikuti cara-cara yang telah ditetapkan.
Didasarkan pada penelitian perkembangan anak, bahwa pada usia awal kehidupannya mereka memiliki kemudahan untuk belajar bahasa asing, selain bahasa ibunya, maka didirikanlah Playgroup, TK, dan SD 3 Bahasa Rukun Harapan ini sebagai sarana bagi anak-anak untuk dapat mempelajari bahasa Mandarin.
Sebagai sekolah swasta yang dikelola oleh Yayasan Pendidikan Rukun Harapan, Sekolah Nasional Playgroup, TK dan SD RUKUN HARAPAN adalah lembaga pendidikan formal yang menyelenggarakan usaha pendidikan dan pengajaran yang bernaung di bawah pengaturan pemerintah ( Departemen Pendidikan ) dan memiliki ciri khas, yaitu dengan memasukkan Bahasa asing, yaitu Bahasa Mandarin dan Bahasa Inggris ke dalam aspek pengembangan bahasanya, dengan demikian sekolah ini disebut dengan SEKOLAH NASIONAL TIGA BAHASA ( Bahasa Indonesia, Bahasa Mandarin, dan Bahasa Inggris). Demikian pula dengan pembelajaran mengenai nilai-nilai agama, untuk tingkat Palygroup dan TK , sekolah mengajarkan nilai agama secara umum, kelak di tingkat selanjutnya baru diadakan pembelajaran agama secara khusus sesuai dengan agama yang dianut oleh siswa didik.
Playgroup, TK, dan SD Rukun Harapan merupakan sekolah Nasional yang resmi bernaung dibawah Departemen Pendidikan Nasional, sehingga memiliki fungsi seperti yang digariskan pemerintah, yaitu:
• Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak
• Mengenalkan anak dengan dunia sekitar
• Menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik
• Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi.
• Mengembangkan ketrampilan, kreativitas dan kemampuan yang dimiliki anak
Menyiapkan anak untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih lanjut.
Peresmian Sekolah Nasional Tiga Bahasa RUKUN HARAPAN
Sekolah Nasional Tiga Bahasa RUKUN HARAPAN diresmikan pada pertengahan Juli tahun 2007, peresmian ini telah dihadiri oleh Konsul Jenderal China dari Surabaya - Mr. Fu Shui Gen.
Sekolah Nasional Tiga Bahasa RUKUN HARAPAN berlokasi di jl. Kartini No. 58 Jember
telp (0331) 410212
email = rukunharapan@gmail.com
Labels:
foto,
Rukun Harapan,
sekolah nasional tiga bahasa
Langganan:
Postingan (Atom)